Lihat ke Halaman Asli

Ditembak Bangsa Sendiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_298467" align="alignleft" width="300" caption="Sang Hijau Hitam"][/caption] Aksi 20 Oktober kemarin memang seperti yang diramalkan, layu sebelum berkembang. Kelompok yang kencang sejak awal macam GIB dan Petisi 28 akhirnya harus gigit jari karena mereka belum mampu mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. Beberapa aktor intelektualis aksi 20 Oktober tampak berseliweran di depan istana. Namun yang menarik di tengah kerumunan massa aksi masih ada saja aksi dari kawanan pencopet yang sempat beberapa kali diamankan oleh petugas kepolisian dan peristiwa semacam ini selalu mewarnai aksi demontrasi di depan istana. [caption id="attachment_298458" align="aligncenter" width="300" caption="Chaos Dokumen TAI (Tim Ahli Intelijen)"][/caption] Di depan Istana kemarin GIB & Petisi 28 yang berisi GMNI, PMII, IMM, PMKRI, HMI MPO, LMND, KAMTRI, JAMPER, FAM UMT, FAM USAKTI, KASBI dll. Selain itu ada FAM UI, BEM SI dan Bendera yang datang agak belakangan. Dan yang tak kalah penting adalah HMI Dipo yang terdiri dari Cabang Jakarta Pusat-Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta Raya yang telah tiba di Istana terlebih dahulu. Melihat kondisi di lapangan yang menganakemaskan GIB dan Petisi 28 seolah mereka memiliki media interest sekaligus nilai berita maka barisan HMI Dipo yang diperkuat beberapa orang kader dari Cabang Makasar Timur, Gowa, dan beberapa Cabang dari luar pulau Jawa. Menyadari tidak mendapat perhatian yang layak maka kami (HMI Dipo) memutuskan menarik-narik pagar kawat di depan istana dan memprovokasi provokator (polisi). Polisi hari itu memang menjadi provokator sejati, kami menyaksikan pencopet dipukuli di saat yang lain koruptor dilindungi. Maka tidak salahlah provokasi yang kami arahkan pada sang provokator. Sesaat kemudian terjadi chaos yang menyebabkan majunya mobil water canon kami pun membalas dengan lemparan botol air mineral diselingi dengan lemparan batu dan sang provokator menyambutnya dengan tembakan gas air mata. Kami pun akhirnya terpaksa mundur. Ditembak Bangsa Sendiri [caption id="attachment_298461" align="alignleft" width="300" caption="Blokade Jalan Diponegoro Salemba"][/caption] Beberapa saat setelah kejadian di Istana, berniat hendak kembali ke kampus (Univ. Persada Indonesia Y.A.I) yang terletak di Jalan Diponegoro depan RSCM samping UKI. Arah Diponegoro dari Cikini di blokir kawan-kawan dari UBK dan UKI sehingga membuat kemacetan panjang dan terpaksa dibuang ke Jalan Proklamasi yang biasanya satu arah. Saya memutuskan pulang untuk mengobati kekhawatiran seluruh isi rumah dan seorang kawan saya terpaksa menerobos blokade kawan-kawan UBK dan UKI karena mengambil kelas malam. Setelah sampai di rumah saya mendengar berita ada kawan dari UBK yang tertembak oleh polisi. Kejadian ini sangat saya sesalkan! Apakah ini tujuan dikeluarkannya Protap Polri No. 1/X/2010? Jakarta 20 Oktober 2010, Jalan Dipenogoro menjadi saksi untuk kesekian kalinya seorang mahasiswa ditembak bangsa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline