Lihat ke Halaman Asli

Fariz TamaraAsmarakusuma

Guru yang hiperaktif ya bunddd

Di Sekolah, Hari Pahlawan Hanya Sekadar Hari?

Diperbarui: 10 November 2020   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Suatu kelas dimulai dengan salam. Salam pembuka dilanjutkan dengan suatu kalimat pembuka untuk mencairkan suasana. Lumrah memang guru mengawali suatu kelas dengan kegiatan itu. Sepatutnya guru mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan. 

Bagi saya yang seorang pendidik, mengajarkan moral dan pendidikan bermasyarakat lebih berarti dibanding materi umum yang saya ajar. Mengajarkan nilai-nilai kesatriaan dan bela tanah air bukan hanya kewajiban guru PKN. Bagi saya, Setiap guru adalah panutan kehidupan. Kelas adalah cerminan masyarakat. Hidup mereka dimulai dikelas. 

Hari pahlawan Tanggal sepuluh November. Puluhan tahun yang lalu terjadi peristiwa besar dan memakan banyak korban. Lalu bagaimana setiap orang memperingatinya adalah hal yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan. Kerap saya bertanya pada peserta didik saya tentang bagaimana cara mereka melewati harinya. 

Jawaban tiap individu sangat menarik. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk menikmati hari. Namun ada yang aneh ketika saya melemparkan pertanyaan "bagaimana caramu memperingati hari pahlawan?" kepada peserta didik saya. 

Hampir setiap dari mereka mempunyai jawaban "upacara bendera" pada jawabannya. Bagi saya ini adalah hal yang wajar. tapi saya coba gali pemikiran saya lebih dalam lagi. Apakah hari pahlawan ini hanya sekadar seremonial saja bagi mereka? 

Lebih membuat pusing adalah ketika jawaban yang mereka tuliskan adalah jawaban hasil googlling dari Wikipedia atau Brainlly. Mereka bahkan tidak tau apa yang mereka harus lakukan pada hari yang sangat diperingati ini. 

Belajar berpendapat adalah hal yang mahal sebenarnya. Sebagian dari mereka takut berpendapat di kelas karena takut dihujat karena salah atau keburu takut lihat gurunya. Kembali lagi, membangun suasana kelas yang humanis tidak semudah itu. Perlu pembiasaan. Jadikan peserta didik "tuan rumah" bagi kelasnya. Posisikan guru sebagai "tamu" dalam kelasnya. 

Bagi peserta didik dari tingkat SD hal menganggap hari pahlawan sebagai hari seremonial adalah wajar. SD bagi saya adalah tahap penanaman pola berfikir. Setiap dasar-dasar kehidupan ditanam pada masa sekolah dasar. Pada masa SMP, pola fikir dikembangkan. 

Peserta didik sudah harus dapat berfikir dan mengembangkan, mencari alasan mengapa dan mengembangkan sebab-akibat dari suatu pernyataan yang berkembang. Pada masa ini peserta didik sudah harus dihadapkan pilihan dan belajar menginjakkan kaki mereka sendiri dan berjalan. 

Hadapkan mereka pada resiko dan ajarkan mereka pada konsekuensi atas resiko itu. Ajarkan pula keuntungan serta kerugian. 

Pada masa SMA, Ajarkan mereka untuk memilih lebih jauh lagi. mereka sudah mulai harus melihat lebih jauh lagi. hadapkan dengan resiko yang lebih besar.  Bagi saya, begitulah cara mengajarkan seseorang bertanggungjawab. Ajakan mereka melihat masadepan yang mereka tapaki sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline