Lihat ke Halaman Asli

Catatan Perjalanan dari Konferensi Ilmiah di Amerika

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan selalu ada yang pertama kali bagi apapun.

Demikian pula kepergian pertama saya pertama kalinya ke Amerika Serikat (AS). Inilah negara yang paling banyak memperkenalkan dirinya melalui film-film Hollywood, dan terbanyak dalam mengekspor gaya hidup. Banyak penduduk di seluruh belahan dunia mengikut trend dan life style yang bersumber dari AS.

Akhirnya Allah menakdirkan saya berangkat ke San Diego dalam rangka International Conference of American Thoracic Society (ATS) pada tanggal 16 - 21 Mei 2014. Konferensi di AS pertama bagi saya dan banyak peserta-peserta lain. Konferensi ini dihadiri 15000 ahli paru dan pernapasan di seluruh dunia, dengan 5700 presentasi simposium dan poster, yang menjadikannya forum ilmiah paru dan pernapasan nomor satu di dunia. Mengikuti dibelakangnya yaitu International Conference of European Respiratory Society (ERS) dengan kurang lebih 1o ribu sampai 12 ribu peserta. Konferensi nomor tiga dunia saya perkirakan adalah Congress of Asia Pacific Society of Respirology (APSR), dengan Indonesia menjadi tuan rumah pada Nopember 2014 nanti.

Pada konferensi kali ini ada 5700 abstrak penelitian. Lalu terpilih 51 abstrak untuk menerima International Trainee Scholarship yang konsekuensinya harus menyiapkan poster, walaupun saya awalnya dijadwalkan untuk mengisi sesi mini-symposium saja. Dari 51 abstrak tersebut, terpilih lagi 6 abstrak untuk dipresentasikan di depan International Health Committee ATS, dengan saya yang pertama kali diminta untuk maju dan bicara. Dari 6 itu, 1 dari Nigeria, 1 dari Afrika Selatan, 1 Argentina, 1 Inggris, 1 Australia, dan 1 Indonesia. Dari 6 itu dipilih 1 untuk menerima predikat 'Best of the Best Performance'. Saya sempat berharap bisa memberikan hadiah buat Indonesia dengan gelar 1 terbaik itu. Ternyata yang terpilih adalah yang dari Afrika Selatan. Saya coba untuk menghibur diri dengan berpikir bahwa 'toh ini pengalaman perdana, mudah-mudahan ada kesempatan lain untuk mengibarkan bendera Indonesia di panggung ilmiah dunia'.

Pada konferensi di San Diego ini saya juga bersyukur sekali berkesempatan menyajikan hasil penelitian kami di sesi mini-symposium pada hari terakhir konferensi. Saya senang karena chairperson-nya adalah orang yang selama ini saya cari-cari. Karena beliau pernah menawarkan diri untuk menjadi reviewer bagi manuskrip penelitian saya. Namun, bicara di hari terakhir membuat saya tidak ada kesempatan untuk berjalan-jalan di San Diego. Namun setelah saya pikir masak-masak, ternyata memang saya tidak ada minat untuk jalan-jalan. Dan saya kira alasannya adalah karena saya pergi kali ini sendiri tanpa membawa istri dan anak-anak. Saya hanya semangat jalan-jalan kalau bersama keluarga. Kalau tidak bersama mereka, maka setelah menyelesaikan apa-apa yang dirasa wajib, langsung saya kembali ke kamar hotel. Banyak peserta lain yang memiliki rencana terperinci jadwal perjalanan, namun entah kenapa saya benar-benar tidak berminat untuk keluar wilayah konferensi. Malam harinya merencanakan akan mengunjungi sesi ilmiah yang mana, juga merencanakan untuk bertemu dengan siapa saja. Menjelang siang, makan siang dan kembali ke hotel, shalat jamak qashar dan kembali bersimposium. Sampai malam, ada meeting Assembly of Thoracic Oncology ATS. Sengaja saya datang ke meeting tersebut karena ada beberapa dokter yang ingin saya temui. Dan ternyata di meeting itu hanyak saya dokter dari Asia yang sedang tidak bekerja di AS.

Saya pikir semua orang memiliki minat dan kewajiban masing-masing dan itu sama sekali tidak masalah.  Dari sini saya baru mengenali sisi lain dari diri saya, yaitu bahwa walaupun saya tidak minat untuk menyengajakan berjalan-jalan, namun kalau ada orang yang mengajak bertemu saya tetap menyambut dengan antusias. Itulah yang terjadi pada hari terakhir konferensi. Setelah saya presentasi di pagi hari, muncul undangan untuk makan siang dari dokter-dokter chief residen (peserta pendidikan dokter spesialis tahun terakhir) Seoul National University. Mereka merasa tertarik dengan presentasi saya tentang bagaimana agar pasien-pasien kanker paru yang sedang menjalani pengobatan bisa terhindar dari kekambuhan. Kebetulan karena saya sudah makan siang jadinya kami jalan-jalan saja di Seaport Bay dan minum kopi dengan kapal induk militer AS lengkap dengan pesawat-pesawat tempurnya. Saya kira pertemuan itu akan menjadi ngobrol-ngobrol ringan tentang kehidupan, ternyata tidak. Mereka benar-benar ingin tahu tentang apa yang sedang saya teliti. Jadi saya juga harus mengeluarkan jawaban-jawaban serius juga. Baru setelah mereka merasa cukup dengan 'diskusi ilmiah' kami masuk ke sesi yang lebih soft. Chief residen ini ada 3 orang, yaitu 1 pria dan 2 perempuan. Kami menemukan beberapa kesamaan, yaitu umur kami kira mirip, sekitar 31 tahun, dan ini konferensi ATS pertama buat kami berempat. Dokter yang pria setelah selesai pendidikan spesialis paru dan pernapasan ternyata harus menjalani wajib militer selama 3 tahun di Militer Korea Selatan, sedangkan yang perempuan tidak ada wajib militer. Saya terbiasa menilai seseorang dari publikasinya yang muncul di PubMed, setelah saya lihat ternyata ada artikel mereka tentang kanker paru dan tuberkulosis. Saya pikir mereka cukup potensial menjadi akademisi di Seoul National University. Kebetulan departemen paru kami di Universitas Indonesia belum ada jaringan dengan Seoul National University. Jadi kami saling bertukar alamat email dan nomor telepon, Mereka mengundang saya untuk konferensi di Seoul bulan Oktober 2014. Dengan basa-basi saya mengucapkan terima kasih atas undangannya sembari menjelaskan belum bisa memberikan jawaban. Mereka adalah teman Korea pertama buat saya dan saya adalah teman Indonesia pertama bagi mereka.

Akhirnya tibalah saatnya saya akan kembali ke Tokyo, saat saya sedang rindu derajat berat dengan istri dan anak-anak. Istri yang telah berjuang keras mendampingi anak-anak kami selama saya pergi jauh. Semoga Allah merahmati kita semua.

22 Mei 2014, Los Angeles International Airport, transit dan menunggu boarding Delta Air menuju Narita International Airport.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline