Untuk dua hari ini saya geram dengan sebuah hashtag yang populer di akun media sosial Twitter. Bunyinya #IndonesiaDijajahChina, bukan maksud menyalahkan yang membuat atau mempopulerkan hashtag ini, saya pun termasuk yang ikut memasang hashtag di ini twitter alasannya apalagi kalo bukan seru-seruan. Tapi kemudian saya melihat orang mulai menganggap isu ini sangat serius.
Masyarakat Indonesia sekalian, banyak renungan yang memang wajib dipikirkan kembali dalam hashtag ini. Memang betul untuk beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi kita memang tidak mencapai target yang ditetapkan. Rupiah kita terdepresiasi selama 5 tahun terakhir, ini adalah sesuatu yang buruk, tapi bukan berarti indikator lain seperti kemiskinan, neraca perdagangan atau inflasi juga ikut buruk.
Mungkin jika boleh saya menebak ada sebuah kesenjangan dari kelompok pendukung Pak Prabowo yang melihat bahwa Pak Jokowi tidak dapat dapat disalahkan karena sudah terjadi rekonsiliasi. Mulailah pencarian kambing hitam, kelompok yang bisa disalahkan atas masalah ekonomi ini.
Manusia memang begitu, mereka suka mencari orang yang bisa disalahkan. Ini menunjukan ketidak mampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan. Yang terakhir, pesan saya agar semua orang tetap dengan tenang dan jernih melihat masalah ekonomi ini, jangan menyalahkan orang lain, berkacalah pada diri sendiri, tentang yang baik dan benar.
Saya teringat salah satu caption di Instagram pribadi Presiden Republik Prancis, Emmanuel Macron "notre force est notre unite", yang artinya: "kekuatan kita adalah persatuan kita"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H