Pada hari yang penuh dengan ketegangan, serangan udara yang menghantam Rafah, sebuah kota di Jalur Gaza, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan yang signifikan.
Rafah, sebuah kota yang terletak di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, telah lama menjadi titik konflik dalam ketegangan Israel-Palestina. Pada tanggal 26 Mei 2024, serangan udara oleh militer Israel menghantam beberapa target di kota ini. Serangan tersebut dilaporkan menghancurkan beberapa bangunan dan menyebabkan puluhan orang terluka, dengan sejumlah korban jiwa di antaranya.
Menteri kesehatan Palestina mengatakan 45 orang tewas dalam serangan itu. Sebanyak 249 orang lainnya luka parah, termasuk orang-orang yang mengalami luka bakar parah dan anggota tubuh yang patah.
Informasi ini berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan di jalur Gaza yang dikuasai oleh kelompk Hamas. Diketahui, kota Rafah ditinggali oleh sejumlah 1,5 Juta penduduk sebelum Israel melancarkan serangan sejak awal Mei.
Menurut juru bicara militer Israel, serangan tersebut dimaksudkan untuk menargetkan fasilitas militer Hamas, kelompok yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan beberapa negara Barat. Namun, laporan lapangan mengindikasikan bahwa serangan itu juga menghantam area pemukiman sipil, menyebabkan kerugian yang tidak terduga.
Serangan ini menjadi sorotan internasional ketika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa insiden tersebut adalah sebuah "kesalahan tragis."
"Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar satu juta warga yang tidak terlibat dan meskipun kami berupaya sebaik mungkin untuk tidak merugikan mereka yang tidak dilibatkan, sayangnya terjadi kesalahan tragis tadi malam" ujar Netanyahu.
Komentar ini memicu berbagai reaksi, baik dari kalangan politik internasional maupun warga Palestina yang terkena dampak langsung dari serangan tersebut.
PBB mengutuk keras serangan Israel atas serangan yang dilancarkan terhadap kamp pengungsian di kota Rafah, Gaza. Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres, yaitu Stephane Dujarric memerintahkan Israel untuk berhenti dalam serangan serangannya.
"Kami ingin hal ini diberhentikan, baik itu berlaku untuk hari ini, kemarin, sehari sebelumnya" ujar Stephane Dujarric.