Lihat ke Halaman Asli

Farish Fia

Mahasiswa UMM Jurusan Teknologi Pangan

Kenaikan Harga Bahan Pokok di Indonesia: Ironi di Tengah Kelimpahan Alamnya

Diperbarui: 30 Juni 2024   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panel Harga: Sistem Monitoring Harga Pangan (web BAPANAS)

Indonesia adalah negara agraris dan terkenal ketersediaan sumber daya alamnya yang melimpah. Negara dengan kekayaan alam yang melimpah kini dihadapkan dengan fenomena sosial yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia yaitu kenaikan harga bahan pokok. Seperti yang kita ketahui bahan pokok adalah sumber kehidupan bagi setiap manusia, dimana manusia membutuhkan makan untuk mempertahankan hidupnya. Naiknya harga bahan pokok tentunya menyebabkan berbagai konflik terutama dalam kalangan ibu rumah tangga pada kalangan menengah kebawah, padahal negara ini menghasilkan banyak sekali produk alam yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan hidup manusia sehari-hari.

Bagaimana mungkin negara dengan potensi sumber daya alam yang tinggi ini mengalami kenaikan harga pada bahan pokoknya dan mengapa untuk memanfaatkannya masyarakat perlu untuk merogoh kantong terlebih dahulu? Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan konflik ini terjadi dan bagaimana dampak nya bagi masyarakat? Artikel ini akan membahas tuntas tentang konflik yang disebabkan oleh kenaikan harga pokok dengan memunculkan solusi untuk permasalahan ini.

Dilansir dari saluran YouTube metro TV, harga kebutuhan pokok di pasaran utamanya beras melebihi harga eceran tertinggi atau HET. Masalah ini disebabkan oleh tidak tersedianya pupuk bersubsidi sehingga, para petani menaikkan harga beras. Padahal, presiden Joko Widodo memaparkan bahwa harga beras di Indonesia sudah turun, " coba dilihat di lapangan, harga beras sudah turun di beberapa daerah, tetapi tidak merepresentasikan bahwa penurunan terjadi di seluruh wilayah", tuturnya. Berdasarkan laporan di berbagai daerah di Sumatera, harga beras masih melonjak tinggi hingga Rp. 17.000,00/Kg yang sebelumnya hanya sekitar Rp. 14.000,00.

Badan Pangan Nasional (BAPANAS) mengadakan rapat koordinasi terkait kenaikan harga yang terjadi di Indonesia. Kepala BAPANAS Arif Prasetyo Adi mengatakan bahwa monitoring proyeksi harga bahan pokok akan segera turun. Berdasarkan monitoring dari BAPANAS, dapat diketahui bahwa sejauh ini harga bahan pokok pangan mengalami kenaikan dan penurunan berdasarkan HET tiap daerah.

Berdasarkan panel harga menurut BAPANAS, dapat diketahui bahwa harga bahan pokok di provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan dan penurunan di setiap harinya pada tanggal 19-26 Juni 2024. Jika dilihat secara rinci, kenaikan bahan pokok mengalami inflasi setiap harinya, dengan inflasi terbesar ada pada bahan pangan pokok seperti beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, telur, minyak goreng, dan berbagai daging-dagingan.

Presiden Joko Widodo mengatakan penyebab dari naiknya berbagai bahan pangan pokok ini disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca yang berdampak pada kegagalan panen. Berbeda dengan kesaksian para petani di sejumlah daerah, naiknya bahan pokok pangan di sebabkan oleh kurangnya pasokan pupuk bersubsidi dari pemerintah sehingga kenaikan harga produk hasil pertanian terjadi di berbagai daerah. Siklus kenaikan harga seringkali terjadi pada saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Perubahan musim berperan besar dalam ketersediaan hasil pertanian. Pada musim panen, harga cenderung turun karena pasokan melimpah. Sebaliknya, saat musim paceklik, harga bisa melonjak akibat kekurangan pasokan. Bencana alam seperti banjir atau kekeringan juga bisa mengganggu produksi dan distribusi, menyebabkan harga naik tajam.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah perubahan harga bahan bakar. Ketika harga bahan bakar naik, biaya transportasi pun meningkat, yang akhirnya berdampak pada harga jual bahan pokok. Selain itu, dinamika ekonomi global, seperti perubahan nilai tukar mata uang dan kebijakan perdagangan internasional, turut mempengaruhi harga bahan pokok di pasar lokal. Ketidakstabilan harga ini sering kali memberatkan masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Pemerintah berupaya mengendalikan harga dengan berbagai kebijakan, seperti subsidi dan operasi pasar, namun hasilnya tidak selalu efektif.

Jika dilihat dari konflik-konflik yang terjadi, beberapa daerah mulai menyelenggarakan pasar murah dalam upaya membantu ekonomi masyarakatnya, salah satunya pasar murah diselenggarakan di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Para warga rela mengantri untuk mendapatkan beras dengan harga yang lebih murah dari pada harga di pasaran. Harga beras dipatok dengan harga Rp.10.000,00 /Kg nya, dan untuk masing-masing keluarga hanya dijatah 2 10 Kg dengan harga Rp.105.000,00.

(Sumber: bangka.tribunnews.com)

Pasar bahan pokok sering kali mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Harga beras, gula, minyak goreng, dan sayuran sering kali menjadi perhatian utama masyarakat. Penyebab utama dari ketidakstabilan harga ini bervariasi, mulai dari perubahan musim, bencana alam, hingga dinamika ekonomi global. Salah satu pedagang di pasar induk Kramat Jati bernama Yoga memeparkan bahwa haga pasar bahan pokok belum stabil, yang yang didapatkan masih tidak mudah diperoleh dikarenakan hal tersebut. "mudah-mudahan harganya turun terus, mungkin kalau barangnya banyak, harganya bisa saja turun", tuturnya. Pedagang lain menyebutkan bahwa, "masalah harga masih normal saja kalau mau bulan puasa, kalau mau lebaran melonjak lagi harganya", tutur pedagang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline