Merespon rencana penyelenggaraan APEC di Bali Oktober ini, dan kedatangan Presiden Amerika Barack Obama. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan tokoh Ormas Islam menggelar konferensi press, Rabu (2/10) di kantor DPP HTI, Soepomo, Jakarta.
Dalam kegiatan tersebut, HTI dan Ormas Islam menolak rencana kedatangan Presiden Amerika tersebut. Juga mengkritisi kegiatan APEC sebagai alat penjajahan dan tidak menguntungkan buat Indonesia.
Jurubicara HTI Ismail Yusanto mengatkan bahwa diakui APEC merupakan kekuatan ekonomi dunia utama saat ini karena menjadi tempat tinggal bagi 40 persen penduduk dunia, menguasai 44 persen perdagangan dunia, dengan kekuatan ekonomi 55 persen produk domestik bruto (PDB) dunia. Karena itu, maju mundurnya ekonomi dunia banyak ditentukan oleh maju mundurnya ekonomi APEC.
Data menunjukkan bahwa sejak APEC berdiri tahun 1989 hingga tahun 2000 total perdagangan internasional anggota APEC meningkat lima kali dari 3,1 triliun dollar AS menjadi 16,8 triliun dolar AS. Lapangan kerja yang tercipta di kawasan APEC dari 1999 hingga 2001 sebesar 10,8 persen, dan kemiskinan turun 35 persen pada periode yang sama.
Ekonomi APEC yang besar dengan kerja sama ekonomi antaranggota yang semakin kuat telah tumbuh pesat selama ini dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun 7,39 persen dari 2003 hingga 2012. Demikian juga nilai perdagangan internasional APEC meningkat 11,69 persen rata-rata per tahun pada periode yang sama, sementara nilai perdagangan dunia tumbuh rata-rata 11,44 persen pada periode yang sama.
Demikian juga aliran arus modal asing langsung (FDI) ke APEC tumbuh rata-rata 19,83 persen per tahun pada 2003-2012, sementara pertumbuhan FDI rata-rata per tahun dunia 13,28 persen pada periode yang sama. Selain itu, tingkat daya saing internasional ataupun kualitas sumber daya manusia ekonomi APEC pada umumnya tinggi dibandingkan dengan ekonomi lainnya di dunia.
Tapi gambaran makro yang tampak manis itu, tidaklah berbanding lurus dengan fakta untuk rakyat Indonesia. Sejak kebijakan perdagangan bebas melalui ASEAN ditandatangani oleh pemerintahan SBY, setiap tahun ribuan industri nasional gulung tikar karena kalah bersaing dengan produk dari luar.
Menurut data, papar Ismail, sebanyak 1470 industri lenyap dalam tahun 2007, sebanyak 2304 perusahaan lenyap dalam tahun 2008, sebanyak 1226 hancur dalam tahun 2009 dan sebanyak 1123 perusahaan hilang dalam tahun 2010. Total perusahaan perusahaan yang lenyap dalam periode tersebut mencapai 6123 perusahaan.
Keadaan ini tentu mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Perjanjian perdagangan bebas dan liberalisasi investasi yang akan disepakati melalui Asia Pacifik Economic Cooperation (APEC) tentu akan makin memperburuk keadaan, ungkapnya.
sumber:http://www.al-khilafah.org/2013/10/hti-tunjukkan-bukti-apec-rugikan.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H