Kabupaten Lumajang berada di dalam cakupan wilayah provinsi Jawa Timur. Kabupaten Lumajang mempunyai luas wilayah 1.790,90 km2 , dibagi menjadi 21 kecamatan , 198 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Lumajang pada bagian utara berbatasan dengan Probolinggo, sebelah barat berbatasan dengan Malang, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, dan sebelah timur berbatasan dengan Jember.
Penduduk Jepang di wilayah jajahan sekutu seperti Vietnam, Laos dan Kamboja, ini memberikan dampak kepada Jepang dengan di embargo minyak bumi oleh pihak sekutu. Jepang mulai berani menyerang armada Pasifik Amerika yakni Pearl Harbour yang terletak di Kepulauan Hawai pada tanggal 7 desember 1941. Pada tanggal 8 Desember 1941 kongres Amerika serikat mengeluarkan kesepakatan untuk perang melawan Jepang, dengan ini seluruh kelompok sekutu yang terdiri dari negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda, Uni Soviet, Polandia, Australia dan Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok.
Garis besar pelaksanaan pemerintahan militer di wilayah pendudukan Jepang diputuskan pada tanggal 14 Maret 1942 (Ken'ichi Goto: 254). Pendudukan Jepang pada wilayah Lumajang tidak lepas dari peran para pengusaha Jepang yang bergerak sebagai pedagang toko Para perwira Jepang ex usahawan Jepang yang sudah datang bertahun-tahun di wilayah lumajang: pemilik toko Jepang di Desa Dawuhan Wetan, Jatiroto dan pemilik toko TOSHIMA di kota Lumajang. Sudah barang tentu mereka tahu betul objek vital dari Belanda (Sejarah Pemerintahan Kabupaten Lumajang: 98).
Pendudukan Jepang di wilayah Lumajang mempunyai alasan khusus mulai dari penghasil pasokan pertanian, pabrik gula, fasilitas kereta api , tambang galian C dan wilayah Lumajang sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Hindia. Samudra Hindia merupakan pintu terbuka dari pihak sekutu yaitu Australia.
TITIK LOKASI FASILITAS MILITER JAPAN
Fasilitas militer yang dipakai Jepang pada masa pendudukannya di wilayah Lumajang ada yang sudah dirintis pemerintahan Hindia-Belanda, berupa lapangan terbang di daerah Pandanwangi yang sekarang masuk di wilayah Kecamatan Tempeh. Pemerintah Hindia Belanda membangun lapangan terbang di daerah Pandanwangi pada kisaran masa politik etis. Pembangunan fasilitas militer pada masa penduduk Jepang tidak lepas dari peran penting para seinendan dan romusha. Bunker adalah bangunan yang berada di dalam tanah, fasilitas pasukan militer Jepang yang yang banyak tersebar di wilayah bibir pantai selatan terutama di Kabupaten Lumajang.
Bunker yang terletak di posisi garis luar dan langsung menghadap laut pantai selatan. Bunker yang ada di desa selok ada tiga namun pada satu bagian bunker yang terletak sekitar 2 Km dari bibir pantai watu pecak. Di Desa Condro dan Bagu terdapat tiga bunker, pertama terletak di bukit Puncak Ranggah, kedua terletak pada Gunung, ketiga bibir Pantai Bambang.Wilayah kecamatan tempursari untuk bunker ada atas gunung mulai dari Gunung Kukusan dan Gunung Kursi. Posisi persebaran bunker yang di bangun pada masa penduduk Jepang wilayah Kawedanan Pasirian sangat banyak dan merupakan wilayah penting bagi Jepang.
Pegunungan gajah mungkur yang terletak di wilayah barat Pasirian ini akan dijadikan proyek raksasa pembangkit tenaga listrik tenaga air (PLTA) untuk kapasitas wilayah jawa timur. Dikenal dengan sebutan Dengki Jigiozok Semozok Gondoruso Pasirian (Aziz.A & Pramono.J : 21). Gunung gajah mungkur sendiri banyak ditemukan runtuhan bekas bangunan barak dan tempat penyimpanan senjata serta makanan.
Fasilitas militer yang dibagun dipessisir pantai selatan Kabupaten Lumajang pada masa pendudukan Jepang menjadi prioritas utama untuk menghadapi Perang Dunia ke 2 yang melibatkan anggota sekutu yaitu Australia. Jepang melindungi wilayah yang sudah dikuasai dengan memperkuat fasilitas militer. Pembangunan fasilitas militer baik bunker, barak, gudang senjata dan lapangan terbang yang tersebar di wilayah Pesisir Pantai Selatan Lumajang, yang terkenal dengan romusha atau kerja paksa.