Lihat ke Halaman Asli

Faril Irfansah

Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta

The Rhetorical Triangle dan Fungsinya dalam Praktik Beretorika

Diperbarui: 29 Mei 2024   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Oleh: Syamsul Yakin & Faril Irfansah
Dosen & Mahasiswa UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Menurut Aristoteles ada tiga unsur yang mendasari rhetorical public speaking yaitu, ethos, logos, dan pathos. Singkatnya ethos berarti etika, logos berarti logika, dan pathos berarti sesuatu yang berkaitan dengan emosi atau perasaan. Ketiga unsur tersebutlah yang kemudian disebut sebagai the rhetorical triangle.

Ethos
Adalah kekuatan persuasif yang berasal dari kredibilitas yang dimiliki oleh komunikator (Heo: 2016). Intinya siapa yang berbicara akan menentukan seberapa besar daya tariknya bagi pendengar. Contohnya adalah seruan seorang Jendral perang akan didengar oleh pasukannya karena kredibilitas yang dimilikinya. Menurut Aristoteles, penyampaian pidato oleh orang yang tepercaya akan lebih persuasif dibanding pidato seseorang yang kredibilitasnya masih dipertanyakan.

Pathos
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan emosi yang dimunculkan oleh pendengar yang tergugah akan seruan dari seorang komunikator. Inilah yang akan membuat pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator dapat sepenuhnya ditangkap, dan dipahami oleh pendengar dengan mengandalkan emosi, empati, serta persuasi. Contohnya adalah bagaimana para pendengar yang merasa sedih ketika mendengar kisah sedih yang dibawakan oleh komnikator.

Logos
Logos berarti logika, atau sesuatu yang dapat ditangkap oleh nalar manusia. Artinya seorang komunikator yang ingin mendapatkan atensi para pendengar, setiap perkataanya haruslah berlandaskan data dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Contohnya adalah data kenaikan kasus Covid-19 yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan.

Kesimpulannya adalah ketiga unsur dari the rhetorical triangle saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Seorang komunikator yang menginginkan pesannya tersampaikan secara maksimal, bukan hanya membutuhkan status yang kredibel, namun juga harus didasari oleh data dan fakta yang logis, serta harus bisa merangsang emosi pendengar agar tergugah dengan isi pesan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline