Chelsea boleh saja merayakan kemenangan di Liga Champions dengan berbagai macam perayaan. Tapi jangan lupakan salah satu sosok yang begitu penting dalam proses panjang Chelsea meraih trophy Liga Champions. Ya, sosok itu adalah Frank Lampard. Pada bursa transfer musim panas, Lampard mendatangkan Kai Havertz, Timo Werner, Eduardo Mendy, Ben Chilwell,dan Ziyech. Mereka yang didatangkan sesuai kebutuhan klub, menurut saya hanya, Eduardo Mendy, dia didatangkan karena kiper utama mereka, Kepa Arizabalaga kerap melakukan blunder yang sangat fatal.
Werner, sebetulnya, di jajaran striker Chelsea masih mempunyai Oliver Giroud dan Abraham. Tetapi, karakteristik Giroud sebagai striker tunggal tidak bisa dibutuhkan klub sewaktu-waktu. Lampard menginginkan striker yang bisa berfungsi di sektor penyerang sayap. Kemampuan itu ada di tubuh Werner. Sehingga beberapa kali dibawah asuhan Lampard, Chelsea menaruh Giroud sebagai ujung tombak sedangkan Werner dimainkan sebagai penyerang sayap.
Yang masih menjadi pertanyaan saya, mengapa Lampard mendatangkan Chilwell yang berposisi sebagai bek sayap kiri. Sedangkan Chelsea masih mempunyai Marcos Alonso dan Emerson. Kemudian di posisi gelandang serang, Lampard mendatangkan Havertz serta Ziyech sedangkan sebelumnya Chelsea masih mempunyai stok Mount. Bukankah ini yang namanya penumpukan pemain, atau Lampard menginginkan banyak opsi?
Justru yang terjadi di periode Lampard kerap kali terkesan mencoba-coba dari banyaknya opsi tersebut. Berbeda ketika di tangan Thomas Tuchel, pemain-pemain yang sempat redup seperti, Jorginho, Christinsen, dan Rudieger mendapatkan menit bermain di skuad inti.
Pelatih sekaligus legenda Chelsea ini mempunyai andil yang jasanya sangat mempengaruhi Chelsea musim ini. Khususnya dalam transfer Chelsea, selama ini Chelsea dikenal sebagai tim memproduksi pemain potensial berbakat. Sebut saja, Kevin de Bruyne, Mohamed Salah, Romelu Lukaku.
Parahnya, pemain-pemain ini kerap kali mewarnai Liga Inggris. Seperti Kevin de Bruyne Gelandang Manchester City asal Belgia terpilih menjadi pemain terbaik di Inggris versi asosiasi pesepak bola profesional untuk dua musim beruntun. Bukan tanpa alasan, memang kiprah dia patut diapresiasi. Pada musim ini Bruyne mengantarkan City meraih trophy liga Inggris. dia juga membawa The Citizens menjuarai Carabao Cup/EFL Cup serta mencapai final Liga Champions meski akhirnya dikalahkan Chelsea akhir bulan lalu.
Mohamed Salah pada musim 2014 bergabung dengan Chelsea. Namun, penyerang berkebangsaan Mesir ini jarang diberikan jam terbang. Akhirnya, Chelsea meminjamkan ke klub Serie A Fiorentina dan Roma. Sebelumnya akhirnya Roma memboyong Salah. Di AS Roma, performa Salah mulai menunjukan tajinya. Sehingga pada tahun 2017, dibawah asuhan Kloop, Salah diboyong ke Anfield. Performanya yang luar biasa bersama Liverpool memberinya banyak penghargaan pada akhir musim 2017–18, termasuk PFA Players' Player of the Year, Football Writers' Player of the Year dan PFA Fans' Player of the Year. Salah meraih tempat ketiga untuk the 2018 Best FIFA Men's Player.
Sedangkan Romelu Lukaku bergabung bersama Chelsea pada musim 2011. Ujung tombak yang dikenal mempunyai postur tubuh bak raksasa ini kalah bersaing dengan Torres pada saat itu. Bersama Everton karir Lukaku mulai naik sebelum akhirnya Manchester United tertarik mendatangkan striker berkebangsaan Belgia tersebut.
Inilah Chelsea tempat kawah candradimuka para pemain kelas dunia.
Instagram: @frjlz_