Lihat ke Halaman Asli

Nilai Profesionalisme dalam Praktik Telenursing di Era Digital

Diperbarui: 19 Desember 2021   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tanpa disadari, kehidupan manusia telah banyak mengalami perubahan dalam 10 tahun belakangan. Manusia semakin mudah menjalani rutinitas kehidupannya berkat kehadiran berbagai ide dan teknologi canggih yang terus berkembang hari demi hari. 

Manusia dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa harus bertatap muka sehingga jarak bukanlah suatu hambatan dalam komunikasi di era ini, manusia bisa mendapatkan apa yang diinginkan atau dibutuhkannya hanya dengan mengakses berbagai aplikasi pintar di smartphone mereka, manusia dapat memperoleh banyak informasi terbaru di seluruh dunia kapanpun dan dimanapun berkat bantuan internet, manusia dapat bekerja dan belajar hanya dengan menatap layar laptop atau smartphone mereka, dan masih banyak rutinitas manusia yang semakin mudah dilakukan dengan adanya bantuan dari berbagai teknologi atau alat-alat canggih saat ini. 

Dari gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan positif ilmu dan teknologi ini berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Lantas sebenarnya apa yang terjadi hingga manusia dapat menikmati berbagai kemudahan ini?

Revolusi industri menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Rasanya kata revolusi industri ini cukup familiar di telinga masyarakat mengingat bahwa era revolusi industri ini sudah dimulai sejak tahun 1784 ditandai dengan berlangsungnya era revolusi 1.0. Revolusi industri sendiri dimaknai sebagai proses pembaharuan dunia dengan penggunaan teknologi baru dan metodologi yang lebih efisien dalam hidup manusia (Paul, S., et al., 2021). Sejauh ini, manusia telah melewati tiga era revolusi industri pertama, yaitu era 1.0, era 2.0, dan era 3.0 yang kemudian beralih pada era 4.0 yang tengah dijalani dan dirasakan dampaknya oleh manusia modern saat ini. 

Era revolusi industri 1.0 atau dikenal juga dengan revolusi industri pertama dimulai sekitar tahun 1760 hingga 1840 yang ditandai dengan munculnya ide pembangunan rel kereta api dan ditemukannya mesin uap. Penemuan mesin uap ini kemudian membuat manusia berupaya pada alat-alat mekanik pada proses produksi (Schwab, K., 2016). Pada abad ke-19, berlangsung era industri 2.0 yang dicirikan dengan munculnya penemuan produksi listrik dan alat-alat perakitan (Sharma, A., & Singh, B.J., 2020). 

Selanjutnya, era industri 3.0 atau revolusi komputer (computer revolution) yang lahir sejak tahun 1960-an ini memiliki karakteristik berupa adanya perkembangan semikonduktor, komputasi mainframe (1960-an), komputasi pribadi/personal computing (1970-an dan 1980-an), serta hadirnya internet (1990-an). Selain itu, pada era ini muncul adanya otomatisasi parsial menggunakkan kontrol yang dapat diprogram memori dan komputer sehingga dapat beroperasi tanpa intervensi manusia. 

Terkait revolusi industri 4.0, terdapat banyak argumentasi dan/atau pendapat dalam mendefinisikan dan mendeskripsikan era ini. Pada dasarnya, era 4.0 ini lahir ketika istilah “Industry 4.0” muncul dalam diskusi Hannover Fair pada tahun 2011 di Jerman (Tay., et al., 2018). Industri 4.0 ini merupakan proses lanjutan dari otomatisasi industri yang telah dibangun di era 3.0 (Sharma, A., & Singh, B.J., 2020). Era 4.0 menciptakan dunia dimana sistem virtual dan fisik berkolaborasi dan berjalan beriringan dengan fleksibel dalam mendukung kehidupan manusia. 

Hal ini sejalan dengan apa yang dituliskan oleh (Chromjakova, F., et al., 2020) bahwa revolusi industri 4.0 ini menjadi titik pertumbuhan berbagai manufaktur canggih yang saling terintegrasi dengan ciri virtual dan kinerja teknologi. Terjadinya fusi atau penggabungan antara komponen fisik dan digital ini menjadi ciri khas yang membedakan era 4.0 dengan tiga era sebelumnya (Schwab, K., 2016). 

Hal ini dapat terjadi akibat perkembangan teknologi dan inovasi di era ini lebih luas dan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan era sebelumnya. Era industri 4.0 memanfaatkan integrasi berbagai teknologi dan perangkat canggih yang meliputi Internet of Things (IoT), cloud computing, big data, robotics dan Artificial Intelligence (AI).  Era 4.0 yang dikenalkan di awal era milenial ini bekerja dengan menawarkan berbagai teknologi pintar berbasis komputer (computer-based) dan jaringan luas (wide-network) yang mampu membantu kehidupan manusia dengan hadirnya komputasi awan (cloud computation) yang dapat menyimpan data besar (big data) melalui Internet of Things (IoT) (Harianton, I., et al., 2020). 

Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa era 4.0 berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Hadirnya digitalisasi, otomatisasi, personalisasi, kustomisasi, dan integrasi antara sistem manajemen TI (cyber) dengan sistem fisik melalui penggunaan IoT dengan cyber-physical system memungkinkan manusia di era ini untuk memanfaatkan berbagai pilar, seperti IoT, big data dan analytic data, augmented reality (merepresentasikan dunia nyata secara virtual), cloud computation, kecerdasan buatan, jaringan 5G, dan produk teknologi canggih lainnya (Chromjakova, F., et al., 2020). Sebuah survei dilakukan kepada para pemimpin bisnis terkait teknologi di era 4.0 mana yang dinilai paling berdampak, diperoleh hasil bahwa Internet of Things (IoT) yang menghubungkan dunia fisik dengan dunia virtual atau digital dengan mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data untuk menjalankan proses otomatisasi dipandang sebagai teknologi yang paling dominan di era ini (Deloitte, 2020). Terkait dengan IoT, sistem ini sudah banyak digunakan di era 4.0 pada berbagai aspek, seperti transportasi, pelayanan kesehatan (health care), dan fasilitas pelayanan publik. IoT ini akan menghubungkan objek satu dengan objek lainnya, manusia dengan objek, dan manusia dengan manusia yang berfokus pada interaksi virtual (Chromjakova, F., et al., 2020).

Berbicara mengenai IoT dalam pelayanan kesehatan (health care), teknologi digital ini menjadi salah satu elemen penting dalam pemberian pelayanan kesehatan di era 4.0. Dengan bantuan dari IoT ini, terwujud pemantauan jarak jauh (monitoring services) antara pasien dengan tenaga kesehatan. Pasien dapat mengumpulkan data dan informasi pribadi terkait kesehatannya yang kemudian akan ditransmisikan secara digital kepada petugas layanan kesehatan yang dalam hal ini dapat berupa perawat. Contoh dari pengggunaan IoT dalam pelayanan kesehatan yang dapat digunakkan oleh pasien adalah jam pintar (smartwatch) seperti Apple Watch dan smart glasses seperti Google Glasses (Paul, S., et al., 2021).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline