Pada era globalisasi arus informasi dan komunikasi semakin canggih. Berbagai informasi dapat diperoleh dengan mudah tanpa membuktikan kebenarannya dengan pasti. Globalisasi membawa pengaruh positif dan negatif. Indonesia yang menjunjung tinggi adat dan budaya telah tergeser sedikit demi sedikit.
Hal ini ancaman bagi nilai karakter bangsa Indonesia. Pembentukan karakter tepat dapat membentengi generasi muda menghadapi era globalisasi. Karakter identik dengan moral, akhlak dan etika. Lembaga pendidikan mempunyai tugas penting terkait dengan pendidikan moral dan karakter.
Behaviorisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan islam yang dicetuskan di amerika serikat dan dipelopori oleh john B. Watson. Aliran behaviorisme adalah aliran yang memandang orang sebagai makhluk yang memberikan respon terhadap lingkungan serta pengalaman dan pemeliharaan yang membentuk perilaku.
Terdapat empat prinsip filosofis utama dalam pengembangan teori ini yaitu manusia, pendidikan, guru, dan efisiensi. Belajar adalah interaksi antara stimulus dan respon. Dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini belajar input berupa stimulus dan output berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Teori belajar Behavioristik memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Belajar adalah perubahan perilaku dan pengetahuan dari hasil praktik dan pengalaman.
Terdapat belajar menghasilkan perubahan, perubahan dalam pengetahuan atau perilaku yang terjadi dalam waktu cukup lama, belajar merupakan hasil dari praktek atau melalui pengalaman melihat orang lain. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Teori belajar behavioristik menekankan tingkah laku terhadap peserta didik. Teori belajar behavioristik diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama islam melalui metode reward, punishment, dan reinforcement.
Reward digunakan sebagai bentuk motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik, sesuatu yang menyenangkan anak didik. Penerapan aspek reward dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam guru memberikan apresiasi kepada peserta didik yang rajin dan penuh semangat mengikuti pelajaran dalam bentuk pemberian nilai.
Punishment adalah tindakan yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didik yang telah melakukan kesalahan, dengan tujuan agar anak didik tidak akan mengulanginya dan akan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat. Punishment dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam bentuk peserta didik ada yang tidak mengerjakan tugas, sekali dua kali kita berikan teguran, jika tidak mengerjakan tugas ke tiga kalinya peserta didik di berikan efek jera dengan menyuruh akan mengerjakan tugas di kantor.
Dengan begitu anak-anak bisa termotivasi untuk terus mengerjakan tugasnya. Reinforcement dalam pembelajaran dilakukan dalam bentuk memberikan pujian kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Dengan demikian, akan membangkitkan semangat dan motivasi peserta didik untuk mengikuti secara aktif kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dilihat dari perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Kelebihan Teori Behaviorisme:
1. Teori ini dapat mengganti stimulus satu dengan stimulus lain sampai respon yang diinginkan muncul
2. Teori ini memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan berupa kecepatan dan daya tahan
3. Teori ini digunakan untuk melatih siswa yang membutuhkan peran orang dewasa, suka mengulangi dan dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk penghargaan.