Lihat ke Halaman Asli

Bhinneka Tunggal KLa di Jazz Mben Senen

Diperbarui: 24 Oktober 2017   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penampil

Belakangan bisa dibilang saya sudah tak pernah mendengarkan lagu-lagu KLa Project. Radio-radio pun sepertinya sudah tak lagi memperdengarkannya, hanya kadang-kadang saja bila memang punya program semacam tembang kenangan. Namun, gema karya musik dari band yang dibentuk pada 1988 itu sepertinya masih terngiang hingga kini.

Generasi zaman now, yang terlahir di awal 2000an, pastilah banyak yang tak mengenalnya, kecuali orang tua mereka penggemar KLa sehingga punya koleksi albumnya. Namun, sepertinya banyak dari mereka tahu lagu "Yogyakarta;" sampai sekarang masih banyak yang memainkannya. Lagu tersebut pernah menjadi sangat hit di awal dasawarsa 1990an, sampai-sampai meraih tiga BASF Award 1991 untuk kategori Lagu Terbaik, Aransemen Terbaik dan Pop Techno Terbaik.

Didirikan oleh Katon Bagaskara, Lilo (Romulo Radjadin), Adi Adrian dan Ari Burhani, KLa mengeluarkan album pertama pada 1989, dan lagu-lagunya seperti "Tentang Kita," "Rentang Asmara" dan lainnya langsung ngehit. Lagu "Yogyakarta" terdapat di album kedua yang dibuat tahun 1991. Sejak itu, grup yang lahir di Jakarta ini terus menelurkan album sampai memasuki awal abad ke-21. Bahkan pada 2013 masih muncul album kompilasinya, Greatest Hits.

Kenangan akan grup tersebut menyembul kembali Senin (23/10) malam di Jazz Mben Senen, ketika pentas musik jazz mingguan di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta ini mengangkat tema "Tribute to KLa Project." Tema memang tidak hadir tiap Senin malam, tapi biasanya sekali dalam sebulan.

Dari tajuknya sudah bisa dipastikan bahwa semua yang tampil malam itu membawakan lagu-lagu KLa. Kalau tak salah hitung, ada sekitar delapan grup yang berpentas, dan di antara grup itu ada yang mementaskan lagu yang sama. Tidakkah membosankan? Tentu saja tidak. Sebab, masing-masing grup menyodorkan adonan musikal yang berbeda sehingga audiens, setidak-tidaknya saya, memperoleh pengalaman auditoris yang lain dari yang biasanya dibawakan sendiri oleh Katon dan kawan-kawan.

Penonton Jazz Mben Senen memenuhi pelataran Bentara Budaya Yogyakarta pada Senin (23/10) malam. [Foto: Farid Wong]

Ada yang menyuguhkannya dalam langgam pop yang renyah, ada pula yang membumbuinya sehingga terasa jazzy dengan tebaran improvisasi di tengah-tengahnya. Sebagian besar grup yang tampil berformat band pada umumnya, paling-paling ditambahi satu-dua pemain tiup, atau pemain kendang tradisional; tapi ada juga grup yang hanya terdiri dari dua personil (pemain bas dan vokalis), atau bahkan dalam formasi yang mirip big band yang dilengkapi delapan pemain tiup (dua flute, dua tenor sax, dua alto sax dan dua trombone).

Lagu "Yogyakarta" yang sangat populer itu dimainkan dalam warna ritme yang sangat berbeda. Liriknya sih tetap sama, tapi dibawa dalam aliran musikal yang terasa tercerabut dari arus aslinya. Aransemen dari kelompok yang memainkannya tersebut bisa dikatakan membawa kesegaran baru.

Kita juga tahu bagaimana KLa membawakan lagu "Takluk." Namun semalam seorang pemain bas dan seorang vokalis, saya anggap, berhasil membawanya pada suatu ruang musikal yang benar-benar baru. Begitu pula di saat grup yang saya sebut mirip big band membawakan "Tentang Kita" dan "Semoga" dalam langgam fusion yang rancak dan menghentak. Ditingkahi kapabilitas improvisasi dari sejumlah pemainnya, lagu-lagu tersebut tersuguh lebih unik dari  aslinya.

Daya jelajah dan interpretasi musikal dari setiap grup telah memunculkan kebhinekaan warna dan rasa dari karya KLa Project. Tentunya ini sangat menarik, terutama bagi para KLanis (julukan untuk fans KLa Project). Kalau saja Katon dan kawan-kawan hadir, semestinya mereka gembira karena orang-orang muda di Jogja itu telah membuat masa lalu KLa menjadi baru. Yang terakhir ini cuma anggapan saya saja, dan Anda sangat boleh untuk tidak percaya... hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline