Lihat ke Halaman Asli

Kisah Tukang Ojek Sepeda

Diperbarui: 4 Desember 2015   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ojek sepeda ternyata masih di minati"][/caption]

Ditengah maraknya ojek online. Tidak menyurutkan langkah dan semangat para penarik ojek sepeda ini untuk tetap bekerja. Para penarik ojek sepeda mempunyai cara tersendiri untuk bertahan. Bertahan untuk kehidupan. Bertahan untuk anak dan istri. Dan mereka tidak pernah patah semangat. Inilah sekelumit kisah tentang penarik ojek sepeda

Lelaki kelahiran daerah Guntur Senen Jakarta ini, pun berkisah kesehariannya menjadi tukang ojek sepeda. Mengayuh sepeda ditengah terik panas bahkan hujan, ia tetap mengais rejeki dengan sepedanya. Bermodal sepeda ontel, ia biasa mangkal di depan Museum Mandiri. Tak henti-hentinya ia menawarkan kepada orang yang lewat untuk diantar ke tempat tujuan yang diinginkan dengan sepedanya.

Walau kadang ia harus kecewa, karena beberapa calon penumpang lebih memilih ojek motor daripada ojek sepeda, ia tetap tak putus asa. "Ya, namanya belum rejeki deh" ujarnya dengan logat Betawi. Suaranya masih gagah, kulit legam karena terkena sinar matahari sudah menunjukan beberapa keriput di wajahnya. Tapi dirinya tetap semangat.

Ia memang tidak setiap hari menarik ojek sepedanya. Tapi jika hari Jumat hingga Minggu, ia selalu berusaha untuk tetap narik. "Hari-hari itu pas rame Bang, apalagi kalo Sabtu Minggu, lebih rame" ia beralasan. Tapi kadang bisa juga seminggu penuh saya narik, tergantung badan deh, maklum udah tua, lanjutnya sambil tersenyum. Sekitaran stasiun Kota, Tanah Pasir, Rawa Bebek, Pasar Ikan, Luar Batang, Muara Baru dan terjauh Kampung Bandan adalah wilayah yang sering menjadi tempat tujuan penumpangnya. Sehari dapat berapa Pak Didi ?

tanya penulis. "Ya kalo lagi rame sehari Rp. 50.000, bahkan pernah saya dapat Rp. 100.000, tapi sekarang agak susah dapetin segitu, kalah saingan sama ojek motor" tuturnya. Naik ojek sepeda dengan tujuan terdekat dihargai Rp. 5000,-. terjauh (seperti wilayah Kampung Bandan ia menawarkan jasa ojeknya dengan harga Rp. 20.000,-. itupun kadang masih ditawar oleh penumpang.

Foto dan kisah tukang ojek sepeda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline