Lihat ke Halaman Asli

Farid Khoirul

Mahasiswa

Kehidupan di Desa Wates

Diperbarui: 12 Juni 2024   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.lazada.co.id/products/posterlukisan-cetak-jumbo-pemandangan-pesawahan-buat-hiasan-dinding-dan-dekorasi-rumah-i7264856131.html

Sebuah desa dimana tempat saya berkumpul dengan keluarga besar saya yang berada di Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya di Jatisawit, desa Wates, Kecamatan Jatiyoso. Di sinilah tempat kami berkumpul dan menikmati pemandangan alam yang indah, tempat yang jauh dari polusi udara serta keramaian kota.Saya merasakan kedamaian dan ketenangan saat berada di desa ini dikarenakan ciri khas desa ini setiap jalan di kelilingi oleh sawah yang sangat banyak, gunung dan bukit. Suasana pedesaan yang sejuk dengan pepohonan yang rindang, kicauan burung-burung yang beterbangan, suara aliran air sungai yang jernih, serta keindahan panorama alam yang indah membuat orang nyaman hidup di desa.


Di desa ini, saya hidup dalam kesederhanaan. Setiap hari saya menghabiskan waktu untuk menempuh sekolah dan membantu orang tua. Saya bangun pagi sekitar jam 4.00 dan pindah ke dalam kandang hewan ternak milik orang tua. Saya mengambil udara dan mengambil makanan buat hewan ternak, beginilah saya setiap hari tanpa rasa bosan cukup dengan hidup layak.
Setelah memberi makanan hewan ternak, saya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menunaikan doa subuh bersama keluarga. Karena doa merupakan wujud rasa syukur kita kepada Tuhan kita. Setelah sholat, saya menghabiskan waktu dengan belajar lalu berangkat ke kampus.Di kampus, saya mulai masuk pukul 8.00 pagi dan berangkat dengan penuh semangat.


Sepulang kuliah, saya banyak hal yang saya kerjakan dari mencari makan untuk hewan ternak sampai bersih-bersih kandang dan rumah. Ibuku memanggil saya, "Rama, tolong belikan sayuran ke toko sebelah." Aku menjawab, "Iya, bu." Aku pergi meninggalkan rumah karena diperintahkan membeli sayuran oleh ibuku. Setiba di rumah, saya mengembalikan sayuran dan saya mengucapkan terima kasih. Dengan senang hati, saya menjalani hari-hari dengan apa adanya. Saya adalah bocah desa yang saya gambarkan melalui cerita ini yang saya rasakan dan apa yang saya lihat. Namun, Rama adalah nama samaran. Cerpen ini untuk adalah gambaran sebuah kehidupan desa yang begitu klasik terawat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline