[caption id="attachment_309428" align="aligncenter" width="400" caption="Cable car di Ganting Highlands, Malaysia"][/caption] Jika berwisata ke area gunung seperti di Kabupaten Karanganyar maupun Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tentu tak jauh-jauh dari wisata alam. Jalan yang berkelok-kelok diwarnai pemandangan alam berupa tebing serta bukit-bukit di kanan kiri jalan menjadi pemandangan yang umumnya bakal kita saksikan sepanjang jalan menuju tempat yang akan dituju. Selain itu, udara sejuk hingga kelewat dingin menjadi ciri khas daerah pegunungan. Maka yang lazimnya dituju adalah sejumlah air terjun, kebun teh ataupun kompleks candi seperti ada yang di Bumi Intanpari, julukan Karanganyar, dengan Gunung Lawu sebagai target utama. Atau jika berkunjung ke Kota Susu Boyolali, hamparan permadani hijau berupa berhektar-hektar ladang tembakau dan sayur-mayurlah yang bakal kita temui sejalan menuju Kecamatan Selo yang terletak di lereng Gunung Merapi, salah satu gunung teraktif di Indonesia. Akan tetapi, pemandangan itu tak akan dijumpai di sebuah tempat bernama Genting Highlands. Azam, seorang kawan lama mengajak saya menyambangi daerah pegunungan yang terletak di antara Pahang dan Selangor, Malaysia, September lalu. Genting Highlands merupakan sebuah kawasan pengembangan pariwisata yang terdiri dari hotel, kasino dan taman bermain yang terletak di puncak Gunung Ulu Kali yang memiliki ketinggian 1.800 meter dari permukaan laut (dpl). Maka jangan harap menemui ladang sayuran atau air terjun apalagi kebun teh di sini karena puncak gunung dengan hawa dingin 15-20 derajat celcius ini tak akan menyajikannya. Sebaliknya, Genting menawarkan beragam wisata mulai dari taman bermain, resort, bar, pub hingga kasino. Ketiga tempat terakhir yang saya sebutkan ini membuat saya masih saja geleng-geleng kepala. Cara untuk mencapai puncak ini terbilang unik. Selain bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi, Genting bisa dijangkau dengan bus yang berjarak 35 km atau sekitar 1 jam dari Kuala Lumpur. Setibanya di tempat pemberhentian di Genting Skyway Station, perjalanan justru baru dimulai. Untuk menggapai lokasi theme park super besar ini bisa menggunakan cable car. Theme park di Genting Highlands ini mirip objek wisata Trans Studio di Bandung. Sebuah tempat yang dilengkapi dengan beragam wahana permainan indoor dilengkapi dengan wisata kuliner untuk memanjakan lidah hingga belanja. Tak berhenti di situ saja karena Genting menawarkan tempat peristirahatan berupa hotel terbesar di Asia yang memiliki lebih dari 6.000 kamar. [caption id="attachment_299447" align="aligncenter" width="400" caption="Maxims Hotel, Genting Highlands"] [/caption] Dari sekian atraksi yang ditawarkan, saya paling penasaran dengan keberadaan kasino-kasino di puncak gunung ini. Bagaimana tidak tercengang karena Genting adalah satu-satunya area perjudian yang dilegalkan di Malaysia bahkan terbesar di Asia Tenggara. Segala jenis permainan judi ada di sini. Sakingbesarnya, Genting kerap disebut sebagai Las Vegas mini yang resmi dilegalkan sejak 1971. Saya tak bisa membayangkan jika tempat seperti ini ada di Indonesia. Bisa jadi bakal ada penggrebekan judi setiap hari, hahaha. Sangat mudah menemukan kasino di sini karena setiap hotel yang ada dilengkapi dengan wahana meja judi ini. Selain itu, siapapun boleh masuk ke sana. Hanya saja asal Anda bukan orang Melayu, begitu kata kawan saya. Menurutnya, praktik judi ini memang sengaja dilegalkan, tetapi bukan untuk orang Melayu. Melayu memang sarat dengan ajaran keislaman jelas dilarang. Terlebih Malaysia memplokamirkan diri sebagai Negara Islam. Namun demikian, saya tetap saja masih bingung. Sebab di Indonesia yang bukan negara Islam meski beragama mayoritas Islam, judi masuk kategori tindak kriminal. Memang pada kenyataannya praktik ini sulit diberantas karena tersebar di berbagai wilayah. Mungkin pelegalan judi di Negeri Jiran ini dimaksudkan agar hanya terpusat di satu tempat saja alias dilokalisasi. “Asal bukan orang Melayu mau judi apa saja boleh. Mau ketemu orang Indonesia juga banyak di sini,” ujar kawan saya yang kerap kali menemani orang Indonesia berkunjung ke Negeri Jiran ini. [caption id="attachment_299448" align="aligncenter" width="400" caption="Area parkir di Genting Highlands"] [/caption] Kawan saya yang tengah menempuh pendidikan di salah satu kampus terbesar di Malaysia ini bercerita jika orang Indonesia banyak “buang uang” di kasino terbesar di Asia Tenggara ini. Bahkan, ia pernah menemani serombongan “wakil rakyat” dari sebuah daerah di Jawa yang konon tengah melakukan perjalanan dinas mencoba menjajal “wisata” unik di negara kerajaan ini. Tak hanya merogoh kocek sampai jutaan rupiah di meja judi, tetapi mereka juga menyewa sejumlah “perempuan” untuk menemani hari-hari mereka. Ya, tak dapat dimungkiri judi legal ini berbanding lurus dengan praktik prostitusi. Olala, surga dunia. Cerita ini sukses membuat saya melongo. Sebenarnya kawasan ini boleh dibilang cukup bebas. Asal bukan Melayu, Anda bisa melakukan apa saja. “Harusnya bawa uang banyak ke sini. Kalau mau bawa mobil mending ditaruh bawah lalu ke sini naikcable car daripada “susah” parkir,” kelakar kawan saya. Dan benar saja, jika tak punya uang cukup di dompet atau rekening tabungan jangan coba-coba menjajal. Karena bangkrut, kantong kering (kanker) dan semacamnya mengintai setiap saat. Satu lagi yang bikin saya geleng-geleng, di area parkir tempat ini tidak ada mobil “jelek”. Sebab, yang kita jumpai minimal sedan kelas camry, audi, jeep hingga Ferrari, luar biasa !!! Sayangnya, saya tak berani dekat-dekat dengan arena bernama kasino. Cukup melihat dari sedikit dekat, hahaha. Cukup menikmati indoor park yang luasnya minta ampun lalu menjajal jajanan kecil yang biasa dijual di tepi jalan di Malaysia. Sayang sekali taman outdoor sedang dalam masa peralihan sponsor sehingga ditutup untuk umum. Kabut yang cukup tebal membuat saya kedinginan minta ampun. Belum lagi ditambah dengan sok berani mencoba wahana Snow World yang bersuhu -7 derajat celcius. Saya tak bisa berlama-lama di wahana ini karena seluruh badan saya rasanya sudah mau membeku. Apalagi naik ke lantai dua yang suhunya bisa mencapai -20 derajat celcius. Wah-wah, baru segini sudah angkat tangan. Bagaimana mau menjejakkan kaki di daratan Eropa, tempat yang menjadi impian saya. Lagi-lagi saya dibuat geleng-geleng. Saya saja yang memakai baju panjang ditambah jaket tebal, sepatu dan sarung tangan masih menggigil hebat. Ini bule-bule cuma pakai jaket yang wajib dipakai pengunjung dengan hanya memakai baju tanpa lengan plus celana super pendek. Sudah, saya menyerah saja daripada membeku, sodara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H