Childfree Solusi Generasi Masa Kini, Benarkah?
Oleh: Nanik Farida Priatmaja, S. Pd
(Pegiat Literasi)
Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dampak yang kemungkinan bakal dirasakan pasangan bila mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak secara suka rela (childfree)."Keputusan untuk childfree dapat memberikan dampak tertentu pada kesehatan reproduksi wanita, baik positif maupun negatif, tergantung pada kondisi fisik, mental, dan gaya hidup yang dijalani," kata Ngabila kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari itu menyebut keputusan pasangan untuk childfree sebenarnya tidak melulu memiliki dampak buruk. Di sisi lain, keputusan ini membantu mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan persalinan. Wanita yang tidak pernah hamil atau melahirkan, tentu akan terhindar dari risiko medis yang terkait seperti seperti preeklampsia, diabetes gestasional, atau trauma persalinan (18/11).
Pandangan terkait childfree sekilas memang banyak sisi positifnya. Semisal dari segi kesehatan reproduksi, kesehatan mental ataupun jaminan keamanan secara finansial. Penganut childfree seolah bisa lebih fokus menjaga kesehatan diri. Secara kesehatan mental, lebih aman dari depresi karena bebas dari tekanan dalam mengasuh anak. Kemudian secara finansial tak perlu susah payah mengalokasikan dana untuk kebutuhan anak semisal biaya hidup hingga biaya sekolah. Childfree terlihat sangat memudahkan hidup di zaman now.
Tak dimungkiri krisis multidimensi saat ini memang menjadikan manusia begitu susah berjuang demi meraih kesejahteraan. Jangankan kesejahteraan, untuk sekedar makan saja tak sedikit yang harus berjuang luar biasa. Sehingga wajar dari segi ekonomi terasa begitu berat. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang diperoleh seringkali tak cukup untuk sekedar makan dalam sebulan. Kelayakan upah masih menjadi PR besar di negeri ini. Di satu sisi, jumlah lapangan kerja pun masih dipertanyakan. Bahkan angka pengangguran kian meningkat yang diiringi tingginya angka kemiskinan dan tingkat kriminalitas.
Untuk menjaga kualitas kesehatan pun juga mahal. Bagaimana tidak? Tak semua masyarakat mampu mengkonsumsi makanan sehat bergizi setiap hari. Apalagi berolahraga secara teratur. Pola hidup sehat seakan begitu susah dilakukan. Selain minimnya kesadaran, seringkali masyarakat tidak memiliki kesempatan karena disibukkan dengan bekerja setiap hari. Sehingga abai terhadap kesehatan yang berdampak pada kualitas kesehatan fisik ataupun mental. Gaya hidup yang serba instan juga berperan terhadap kualitas kesehatan masyarakat zaman now.
Kondisi kesehatan mental yang kian parah di seluruh dunia juga menjadi alasan kenapa seseorang memilih untuk childfree. Banyak yang merasa tidak mampu dan tidak siap memiliki anak. Tidak siap mengasuh anak apalagi mendidik anak. Hal ini disebabkan banyak faktor semisal dari kondisi keluarga ataupun lingkungan. Sehingga kondisi mental yang tidak sehat dikhawatirkan akan melahirkan generasi yang tidak sehat pula secara mental.
Terjaminnya keamanan finansial juga menjadi alasan childfree makin diminati. Memang ketika menikah pastinya pengeluaran lebih banyak dari sebelumnya (saat masih single). Apalagi saat memiliki anak, pengeluaran pasti jauh lebih banyak daripada saat masih berdua. Ketika pasangan memutuskan untuk childfree pastinya akan bebas dari tanggungan membiayai atau menafkahi anak. Sehingga finansial jauh lebih aman ketika pasangan memutuskan untuk childfree.
Segudang dalih pembenaran childfree atau sisi positif childfree jelas terdapat dampak yang jauh lebih besar. Childfree muncul di zaman ketika kapitalisme dijunjung tinggi dan menjadi ideologi yang dianut sebagian besar manusia di abad ini. Melihat munculnya fenomena childfree, hal ini jelas dampak dari sistem kapitalisme yang menjadikan manusia berpikir sempit, lupa akan jatidiri, egois, dan sesat pikir.
Sistem kapitalisme yang mengagungkan individualisme telah sukses menjadikan manusia hanya fokus terhadap dirinya sendiri. Egoisme memikirkan dirinya sendiri. Childfree adalah bukti nyata bahwa manusia begitu egois mementingkan dirinya sendiri dengan dalih lebih menyehatkan baik secara fisik ataupun mental serta aman secara finansial.
Islam menjaga manusia sesuai fitrahnya. Secara fitrah manusia pasti ingin melestarikan jenis. Memiliki keturunan adalah fitrah setiap makhluk. Allah SWT menciptakan makhluk berpasang-pasangan hingga makhluk-makhlukNya memiliki keturunan.
Rasulullah Saw pun kelak akan membanggakan jumlah umatnya yang begitu banyak.