Peringatan hari Sumpah Pemuda ke-92 di tahun 2020 ini terasa istimewa, yaitu saat pandemi covid-19 dan bersamaan dengan cuti bersama, alias libur panjang (5 hari). Meskipun demikian masih banyak lembaga memperingatinya, dengan menggelar acara terutama secara daring. Menarik untuk merenungkan potret generasi muda saat ini, dengan mengajukan pertanyaan, masihkah mereka mempunyai semangat dan gelora yang senada dengan mereka yang mengumandangkan sumpah pemuda di tahun 1928, dan bagaimana generasi milenial merespon masalah berbangsa dan bernegara?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dulu akan dibahas, siapa yang dapat dikategorikan sebagai pemuda atau generasi muda, dan sebutan generasi milenial disematkan pada siapa? Pengertian pemuda sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (1) UU No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun.
Sementara dalam UU no 35 tahun 2014 tentang perubahan UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sementara syarat untuk mengikuti Pemilu adalah warga yang telah genap berusia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin (UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu). Berdasarkan batasan tersebut, agak sulit menentukan usia yang dapat dimasukkan sebagai generasi muda mulai angka berapa.
Sedangkan generasi milineal, mengutip Oxford Learners's Dictionary, "a person who belongs to the generation who became adults in the early 21st century", yang lahir dalam rentang waktu 1981 sampai dengan 1996 (The Pew Research Center via en.wikipedia.org, 2020). Pendapat tentang rentang usia generasi milenial adalah 24-39 tahun di tahun 2020 tersebut banyak diikuti media-media besar seperti majalah Time, BBC, The Washington Post, The New York Times, The Wall Street Journal, dll. Meskipun terkadang ada yang menyebutkan bahwa generasi milenial mencakup mereka yang lahir hingga awal 2000-an, CNN misalnya (en.wikipedia.org, 2020).
Terlepas dari perdebatan tentang berapa rentang usia yang dapat dimasukkan sebagai generasi milenial, hal mendasar yang membedakan generasi milenial dengan generasi sebelumnya, adalah tumbuh kembangnya yang lekat dengan perangkat teknologi digital yang hadir melalui berbagai perangkat yang terkoneksi dengan internet. Berpijak pada pengertian pemuda ataupun generasi milenial tersebut, tulisan ini mencoba untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan di awal. Pertama, tentang adanya semangat dan gelora yang senada dengan mereka yang mengumandangkan sumpah pemuda di tahun 1928. Menilik kembali bunyi sumpah pemuda,
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Sumpah pemuda yang dikumandangkan saat Kongres Pemuda II menjadi salah pijakan penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia hingga mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 (Kompas.com, 2020). Kesadaran sebagai satu bangsa saat itu belum mewujud, para pemuda masih terpecah dalam organisasi lokal kepemudaan yang berbasis kesukuan ataupun agama, seperti Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, dll.
Sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda, telah terjadi pemerdekaan simbolik dan mental yang menyatakan kecintaan pada Indonesia, dan peleburan berbagai organisasi pemuda yang ada menjadi Perkoempoelan Indonesia Moeda, yang menegaskan eksistensi bangsa Indonesia (news.detik.com, 2020). Pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" oleh WR Supratman secara instrumental di depan kongres dengan menggunakan biola (Kompas.com, 2020). Bergeloranya semangat nasionalisme menjadi kata kunci para pemuda berbagai organisasi lokal untuk melebur menjadi satu bangsa, yang bertanah air dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Kesadaran sebagai satu bangsa ini menjadi cikal bakal untuk membangun perjuangan nasional dalam melawan penjajah.
Jejak peran pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebelum Sumpah Pemuda, dapat dilacak melalui pergerakan Budi Utomo 1908. Adapun setelah Sumpah Pemuda, para pemuda pula yang memperjuangkan terwujudnya Proklamasi Kemerdekaan 1945. Kemudian sejarah juga mencatat pergerakan pemuda, pelajar dan mahasiswa di tahun 1966, hingga reformasi 1998 yang juga digerakkan oleh pemuda, khususnya mahasiswa.