Beberapa waktu yang lalu, kebetulan saya pergi ke salah satu taman kota yang ada di kota tempat saya tinggal. Kebetulannya lagi belum ada PPKM seperti sekarang. Sekali lagi, kebetulan saya sedang ada janji untuk bertemu dengan kawan lama sembari melepas rindu karena hampir 9 tahun kami tidak berjumpa. Memang sebenarnya tidak ada yang kebetulan di dunia ini.
Semua sudah di takdirkan. Tapi rasanya kata "kebetulan" sudah mengakar dalam diri manusia. Jadi tak apalah saya beberapa kali menulis kata "kebetulan" pada tulisan kali ini.
Nah, ada yang menarik saat saya menunggu kedatangan kawan saya. Kebetulan saya sampai di lokasi jam 11 siang, dan taman ditutup karena masih dalam masa pandemi sehingga jam operasional yang biasanya sampai jam 5 sore terpaksa dipangkas dan ditutup lebih cepat. Terpaksa saya menunggu kawan di depan taman sembari memarkir kendaraan saya.
Saat saya menunggu kedatangan kawan sembari duduk diatas kendaraan, ada seorang ibu duduk bersama putri perempuannya kira kira usia 5-6 tahunan. Anak tersebut sedang asyik menjilat es krim di tangannya.
Sejurus kemudian anak tersebut berkata kepada Ibunya, "Thank you ya, Ma. Udah diajak jalan-jalan". Ibu itu mengangguk sambil memberi senyuman kepada sang anak.
Sontak saya yang melihat pemandangan tersebut merasa terenyuh. Adem rasanya hati ini meskipun anak itu bukan siapa-siapa saya. Saya pun merasa salut kepada sang Ibu karena berhasil mendidik anak seusia itu untuk bisa menghargai orang lain. Memang tak dapat dipungkiri bahwa Ibu adalah Madrasatul ula. sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Sungguh Indonesia tidak akan kekurangan generasi santun berakhlak mulia jika para Ibu Indonesia mendidik anak-anaknya dengan budi pekerti yang baik sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H