Seiring dengan semakin kuatnya semarak keislaman di Asia Tenggara, patut optimis bahwa komunitas Muslim di kawasan ini akan tampil sebagai salah satu kekuatan budaya yang penting dan diperhitungkan. Optimisme ini tentunya perlu ditindaklanjuti dengan berbagai langkah kongkret, meliputi peningkatan kerjasama pemberdayaan ekonomi umat, penguatan kerjasama pendidikan, penguatan kerjasama lembaga-lembaga sosial keagamaan, kerjasama penelitian dan pengembangan, serta penerbitan karya-karya akademis, pengarusutamaan corak keislaman yang inklusif, toleran, ramah, dan damai, serta berbagai bentuk kerjasama program lainnya.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti rendahnya tingkat pendidikan dan kualifikasi keilmuan, terbatasnya penguasaan teknologi, dan terbatasnya modal. Karena itu, kerjasama pemberdayaan umat perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Hal ini penting, karena salah satu cara yang paling efektif untuk melakukan transformasi kelas sosial yang lebih sering diidentikkan dengan kelas ekonomi bagi kelompok masyarakat tertentu adalah melalui jalur pendidikan.
Dalam konteks ini, Indonesia sudah cukup lama konsen terhadap pendidikan Islam yang berkualitas bagi masyarakatnya, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Untuk level perguruan tinggi Islam yang diselenggarakan pemerintah misalnya, pemerintah melalui Kementerian Agama telah menyediakan Universitas Islam Negeri , Institut Agama Islam Negeri yang telah didirikan sejak tahun 1960-an, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri .
Tentu saja proses pendidikan yang diupayakan melalui berbagai institusi pendidikan Islam, baik perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan lain, tanpa diragukan lagi akan memainkan peran penting dalam proses modernisasi masyarakat Muslim.
Sebagai modal sosial yang paling penting dan utama bagi penguatan kontribusi Islam terhadap wajah peradaban di Asia Tenggara, perhatian terhadap kerjasama pendidikan perlu diperkuat dan diperluas dalam berbagai bentuk, seperti penguatan manajemen kelembagaan, pengembangan desain pembelajaran, penyediaan bahan pustaka, pengembangan teknologi pendidikan, peningkatan kualitas tenaga dan guru/dosen, pengembangan model, pertukaran siswa dan mahasiswa, serta pelbagai kerjasama pendidikan lainnya.
Namun ada pula aspek yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam upaya membangun peradaban Islam Asia Tenggara yang diproyeksikan sebagai kiblat baru peradaban Islam dunia. Geliat gerakan Islam radikal yang muncul di kawasan Asia Tenggara harus mendapatkan perhatian ekstra serius dari semua pihak. Sekarang inilah waktu yang tepat untuk para sarjana, pemimpin, dan seluruh elemen Muslim Asia Tenggara untuk terus mengembangkan ajaran Islam yang moderat sebagai pembanding atas gerakan radikalisme Islam. Seluruh elemen kaum Muslim berkewajiban untuk menyosialisasikan Islam Asia Tenggara sebagai Islam moderat, Islam yang cinta damai, dan Islam yang rahmat li al-'lamn.
Problem radikalisme yang muncul dalam Islam setidaknya dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, distorsi pemahaman terhadap doktrin Islam untuk menjustifikasi paham radikalisme dan terorisme. Di sinilah diperlukan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi bagi publik bahwa praktik rasikalisme dalam Islam merupakan sebuah distorsi pemahaman keagamaan.
Selain melalui jalur pendidikan yang diselenggarakan melalui institusi pendidikan, upaya sosialisasi dan edukasi tentang Islam moderat menjadi sangat efektif jika dilakukan melalui media. Dalam konferensi tersebut, Indonesia telah ditunjuk oleh peserta konferensi sebagai follow up commite untuk menyelenggarakan sejumlah agenda yang dapat memperkuat posisi media Islam. Kesempatan ini benar-benar harus dimanfaatkan, karena sebagai negara dengan umat Muslim terbesar sudah selayaknya Indonesia memimpin dan memberikan warna bagi masa depan Islam untuk kepentingan umat secara luas.
Islam yang muncul di tengah-tengah masyarakat masih didominasi dengan wajah Islam Agar bisa melakukan fungsi sosialisasi dan edukasi secara maksimal, posisi media harus diperkuat. Media di negara-negara Muslim sekarang harus diakui dengan jujur masih sangat lemah. Konten pemberitaan media di negara-negara Muslim, terutama di kawasan Asia Tenggara, belum ada yang fokus untuk pemberitaan Islam yang moderat dan Islam yang rahmat li al-'lamn. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa arah dan orientasi pemberitaan media masih dikuasai the big three yang itu nota bene dikuasai Barat.
Ini menjadi persoalan serius bagi upaya pembangunan kiblat baru peradaban Islam di kawasan Asia Tenggara. Sehingga tidak heran jika pemberitaan yang sangat bertentangan dengan spirit Islam yang sesungguhnya, yakni Islam yang cinta damai, yang lebih dekat dengan representasi wajah Islam di kawasan Asia Tenggara. Tentu saja harus ada upaya untuk mengakhiri fenomena ini, di antaranya dengan cara memperkuat peran media di negara-negara Muslim. Karena dengan cara itulah dapat diciptakan keseimbanganinformasi di dunia baru.