Lihat ke Halaman Asli

Menghitung Napas (Secabik Puisi)

Diperbarui: 25 Juli 2016   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menghitung Napas

Surabaya tidak sedingin telapak tanganmu

Menggenggam pertemuan, terjamu

Setelah memakan tahun perpisahan, membelah waktu

Masihkah dekap eratmu sehangat dahalu?

Sehabis kita menyempurnakan subuh di atas rukun

Dan aku, sabar menghitung napasmu tekun.

Surabaya, 22 Juli 2016

Lahir

Aku bercerita pulau-pulau yang tenggelam di mataku, sayang.
Aku bercerita musim yang kehilangan jadwal
Aku bercerita tentang jantung kehabisan derap
Aku bercerita desah menyulam lelah
Lalu, aku bercerita tentang airmata yang membasahi pelataran tanah
Tempat darah ibu, tumpah
Lalu kau
Derai tangis di wajah

Surabaya, 22 Juli 2016

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline