Lihat ke Halaman Asli

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online

Diperbarui: 18 Juni 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online

Oleh: Syamsul Yakin dan Farida Hassanah

Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam era masyarakat online, tak dapat dipungkiri bahwa dai adalah bagian dari masyarakat online. Dai dapat dengan mudah berbagi pesan dakwah melalui blog, media sosial, wiki, forum, dan dunia virtual yang disediakan oleh provider internet.


Dai sebagai bagian masyarakat online dapat ikut serta dalam perang narasi. Sementara secara konvensional dai melakukan perang narasi secara tatap muka, pada era masyarakat online perang narasi dapat dilakukan secara tatap maya dengan hanya menggunakan dua ibu jari.


Perang narasi dalam dakwah adalah aktivitas virtual dai untuk mengungkapkan gagasan dan gerakan untuk menyeru masyarakat online untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Perang narasi disebut demikian karena konten yang berseberangan begitu marak menyerbu masyarakat online.


Agar sukses menyeru, mengajak, dan memengaruhi opini masyarakat online, ada beberapa kiat, teknik, tips, atau trik yang harus dilakukan oleh dai. Pertama, ketika berselancar melalui platform apapun, dai harus mampu "mengaduk-aduk" perasaan masyarakat online, seperti sedih, gembira, responsif, marah.


Agar konten yang disampaikan menarik, durasi tak lebih dari tiga menit dengan resolusi dan rasio aspek video yang direkomendasikan pakar komunikasi. Jika diperlukan teks singkat untuk memberitakan gambar tersebut (caption), hendaknya menggunakan bahasa baku.


Inilah aspek keahlian khusus multimedia dimana seorang dai paling tidak memahaminya secara global. Aspek lain dari konten, baik teks dan gambar, hendaknya berbasis data dan riset. Dari sini masyarakat online akan memberikan respect karena dai dianggap berwawasan multidisipliner.


Kedua, masyarakat online yang menjadi objek narasi dai dapat dipastikan berbeda manhaj dan mazhab dalam Islam. Atau dalam konteks sosial-politik, masyarakat online berbeda ormas dan afiliasi politik. Untuk itu, teks dan gambar yang dishare harus inklusif, toleran, dan moderat.


Saat ini, dai moderat, smart, toleran, inklusif, umumnya memiliki pengikut atau follower (instagram dan tik tok), tweeps (twitter), subscriber (youtube), teman (facebook) yang banyak dan disenangi. Dai tidak boleh menjadi anggota masyarakat online yang tidak aktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline