Lihat ke Halaman Asli

Farida Eka Putri

Cerita dari ruang praktik psikolog klinis.

Ada Apa dengan Kesehatan Mental Ibu Bekerja?

Diperbarui: 1 Desember 2022   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bekerja (Sumber: kieferpix)

Penghujung bulan November 2022, tepat satu tahun lalu saya menjadi seorang ibu. Rasanya campur aduk, bersyukur, bahagia, lelah, dan frustrasi. 

Tulisan hari ini bukan tentang anak saya maupun kisah orang lain, melainkan tentang eksistensi diri saya sendiri sebagai manusia. 

Sebelum masa persalinan, saya merasa masih dapat bergerak bebas dan produktif untuk bekerja, berkarya, dan berkumpul dengan teman-teman di lingkup pergaulan. Lalu kini semua berubah 180 derajat, rasanya kehidupan saya monoton tanpa karya dan harus berjuang sendiri.

Berjuang sendiri bukan bermakna suami saya tidak bertanggung jawab untuk membantu mengasuh si kecil di rumah. Namun saya merasa porsi seorang ibu tetap lebih besar diharapkan keberadaannya di rumah untuk mendampingi tumbuh kembang anak. 

Saya pun termasuk ibu yang berambisi ingin pertumbuhan dan perkembangan anak optimal di periode golden age dan juga peduli pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang terhitung dari masa janin sampai dengan usia anak mencapai dua tahun.

Saya setuju dengan opini anak akan membutuhkan ibunya sampai kapanpun bukan hanya di masa golden age. Akan tetapi dijelaskan dalam teori perkembangan bahwa The Golden Age adalah masa yang menentukan kecerdasan dan karakter seseorang di masa yang akan datang. Sehingga untuk membentuk generasi yang sukses dan berkualitas, dibutuhkan orang tua yang benar-benar berupaya memanfaatkan 6 tahun pertama untuk mendidik anak-anaknya secara optimal. 

Pendidikan yang diberikan mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan stimulasi bagi perkembangan mental, intelektual, emosional, moral, dan sosial yang tepat dan benar (Hurlock, 1993).

Saya menjalani peran baru sebagai ibu dengan semangat yang menggebu-gebu. Saya ingin melewati The Golden Age anak saya tersebut dengan sukses. 

Saya mengikuti kelas ASI, MPASI, dan setiap hari bangun pukul 03.00 WIB untuk menyiapkan kebutuhan anak serta menyempatkan bermain bersamanya sebelum berangkat kerja dan malam hari selepas pulang bekerja. 

Namun, tepat di hari ulang tahun anak saya yang pertama ketika banyak kerabat mengucapkan selamat ulang tahun dan ikut senang melihat anak saya tumbuh sehat menggemaskan, saya menyadari ada kebanggaan sekaligus kesedihan di dalam diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline