Lihat ke Halaman Asli

Ida Farida Ch

Just ordinary woman

Tetes hujan di Bulan Januari

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap tetes hujan yang dulu dirindukan
Kini menjadi kegetiran. .
Masih teringat ketika setiap hari memandang langit
mengharap tercurah hujan. .
`tuk membasuh debu debu yang bertebaran
Mentari yang terik seakan ingin membakar dan menghanguskan bumi ..
Kini, harapan itu beralih. .
hujan yang tercurah bukan lagi harapan yg diimpikan
Setiap tetesnya seolah menjanjikan petaka. .
Tak ada yang salah dengan siklus alam. .
Bumi ini begitu dilimpahi rahmat dan berkah dua musim yang silih berganti. ..
Petaka terjadi karena eksplotasi tak bijaksana. .
Amanah Sang Khalik pada kita sebagai Khalifah di muka bumi. ...
Tak juga dijalankan. .. hukum alam. . Sunatullah senantiasa tak dapat dipungkiri. ..
tak cukup hanya kesadaran untuk memperbaikinya. ..
kita telah terjerat seperti keledai yg mengulang kebodohan yang sama..
Ketika kemarau menjerit mengharap hujan..
Ketika hujan tercurah meratap atas musibah. ..
Astagfirullahal Adziem. ..
Ya... Allah .. berikanlah kami pemimpin yang bisa mengemban amanah. . Jadikanlah kami umat yg bisa mengemban amanahMu. .
Ampunilah kebodohan kami. ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline