Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Tingkat Radiasi Zat Radioaktif di Tokyo Masih Berada Dalam Batas Aman?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1301022688945173189

Setelah bencana gempa bumi berkekuatan 9 SR lalu disusul tsunami di Jepang tanggal 11 Maret 2011 yang lalu, isu tentang kerusakan PLTN Fukushima Daiichi menjadi lebih menyedot perhatian serta menimbulkan efek eksodus  warga Tokyo dan sekitarnya, baik eksodus ke luar Jepang (terutama untuk warga negara asing) mau pun eksodus ke kota-kota  lain di Jepang selatan yang berada relatif  jauh dari Fukushima. Secara alami, tanpa adanya reaksi buatan manusia, di alam sekitar banyak zat yang memancarkan zat radioaktif. Rata-rata, zat-zat tersebut akan memancarkan radiasi zat radioaktif sebanyak 2.400  microsievert per tahun, atau kalau dihitung dalam satuan  per jam setara dengan 0.274 microsievert per jam. Kepanikan akibat meningkatnya tingkat radiasi zat radioaktif di Jepang mulai terjadi tanggal 15 Maret 2011, setelah terjadi ledakan di PLTN Fukushima Daiichi. Pada tanggal 15 Maret 2011, tingkat radiasi radioaktif di Tokyo dan sekitarnya sempat mencapai angka 0,809 microsievert per jam (maksimum). Dengan tingkat radiasi seperti itu, yang 3 kali lipat dari batas normal (0,274 microsivert per jam) sangatlah wajar kalau banyak orang yang panik dan takut, lalu mengambil keputusan untuk menghindar dan menjauh dari sumber radioaktif. Pada saat itu,saya pun sempat berpikir untuk keluar dari Tokyo. Tapi setelah melihat perkembangan hari berikutnya, ternyata tingkat radiasi terus menurun sampai ke tingkat angka 0,05 microsievert per jam, saya merasa tidak ada yang perlu ditakutkan dengan radiasi tersebut. Tanpa adanya kebocoran nuklir di PLTN Fukushima Daiichi, selama ini, menurut laporan dan hasil pengukuran Tokyo University, secara alami, tingkat radiasi di 3 kampus (Hongo 1, Hongo 2, dan Komaba) Tokyo University berada dalam kisaran 0,5 sampai dengan 1,0 microsievert per jam, kecuali di Kampus Kashiwanoha, radiasi alami (background radiation) berada dalam kisaran 0,1 sampai dengan 0,2 microsievert per jam. Sementara itu, sejak tanggal 17 Maret 2011, tingkat radiasi di 3 kampus yang diukur setiap jam, masih berada dalam kisaran background radiation, yang artinya kebocoran di PLTN Fukushima Daiichi tidak secara signifikan menambah tingkat radiasi alami. (Lihat di sini) Pada tanggal 21 Maret 2011  di PLTN Fuksuhima Daiichi terlihat asap putih dan asap hitam keluar dari reaktor, dan ternyata kejadian tersebut ikut mempengaruhi tingkat radiasi yang terukur pada tanggal 21, 22 dan 23 di 3 kampus Universitas Tokyo. Namun sekali lagi, kenaikan tingkat radiasi yang mencapai tingkat 0,2 microsievert per jam, 2 kali di atas lipat  background radiation level, belum tetap masih di bawah batas normal 0,274 microsievert per jam. Saat ini, tingkat radiasi mulai menurun lagi, mendekati batas atas tingkat radiasi alami. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan dengan tingkat radiasi yang terjadi saat ini. Apalagi, tim pekerja di PLTN Fukushima Daiichi sudah berhasil memasok listrik ke semua reaktor, sehingga pompa air yang digunakan untuk memasok air  pendingin ke reaktor untuk mendinginkan batang bahan bakar (fuel rod) bisa berlangsung secara normal, dan batang bahan bakar bisa mencapai temperatur aman yang tidak menyebabkan adanya berlanjutnya radiasi radioaktif ke udara. Sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, selain terpapar oleh radiasi alamiah (background radiation), kita juga seringkali mau tidak mau harus terpapar oleh radiasi tambahan, terutama dari alat-alat kedokteran. Alat Pacu Jantung termasuk benda yang juga memancarkan radiasi. Pemeriksaan dengan X-Ray (Rontgen) untuk bagian dada menyebabkan pasien terpapar oleh radiasi sebesar  50 microsievert, sedangkan untuk X-Ray bagian perut menyebabkan radiasi sebesar 600 microsievert.  Penerbangan Tokyo-New York pulang pergi akan menyebabkan penumpang terpapar sebesar 200 microsievert. Dengan tingkat radiasi sebesar 200 microsevert yang dialami oleh penumpang pesawat Tokyo-New York roundtrip, setara dengan bila kita duduk-duduk di taman terbuka di kota Tokyo selama 2000 jam (dengan tingkat radiasi sebesar 0.1 microsevert per jam), atau setara dengan sekitar 8 hari. Padahal tingkat selama terjadinya masalah di PLTN Fukushima, radiasi tingkat sebesar 0,1 microsevert di daerah Tokyo dan sekitarnya hanya sempat terjadi selama 3 hari saja. Jadi resikonya masih lebih rendah dibandingkan dengan penumpang pesawat Tokyo-New York roundtrip.Bahkan, merokok pun sama beresikonya dengan terpapar radioaktif  seperti yang tertulis di sini dan di sini Gambar di bawah ini menujukkan tingkat radiasi berdasarkan aktivitas dan sumber-sumber radiasi. [caption id="attachment_98074" align="aligncenter" width="658" caption="http://eq.wide.ad.jp/files_en/110315fukushima_2030rev2_en.pdf"][/caption] Yang menjadi masalah baru adalah kontaminasi zat radioaktif dalam makanan dan minuman. Tingkat radiasi di udara, sudah tidak begiru merisaukan, namun kontaminasi zat radioaktif di dalam tanah, terutama di daerah pertanian dekat Fukushima, menyebabkan hasil pertanian dari daerah tersebut mulai mengandung zat radiaoktif. Produk buah-buahan, sayur-sayuran, daging ternak, dan susu dari daerah tersebut untuk jangka lama tidak bisa dikonsumsi, seperti hal yang pernah terjadi di daerah peternakan dan pertanian yang dekat dengan PLTN Three Mile Island. Pemerintah Jepang kemungkinan akan mengatur tentang penggunaan lahan di sekitar PLTN Fukushima  ( Radiation in soil near nuclear plant may require policy change on land use). Saat ini produk-produk pertanian dan peternakan dari beberapa perfektur dekat Fukushima sudah mulai ditarik dari pasar dan dilarang untuk didistribusikan. Saat ini juga, air ledeng (tap water) di Tokyo dan sekitarnya terdeteksi mengandung zat radioaktif Iodine-131 mencapai 210 becquerels per liter air, walau pun masih berada dalam batas atas aman untuk orang dewasa sebesar 300 becquerels per liter air, namun Pemerintah Jepang sudah memberikan peringatan agar balita tidak diberi air ledeng, karena untuk bayi, batas aman adalah 100 becquerels per liter air (Iodine detected in Tokyo tap water no major cause for concern : experts) Pemerintah Jepang juga mendistribusikan 240.000 botol air mineral untuk keluarga yang memiliki anak bayi berusia di bawah 1 tahun (Anxiety in Japan over radiation in tap water) Update : Berita terbaru, kandungan Iodine-131 di tap water Tokyo dan sekitarnya sudah menurun menjadi 79 becquerels per liter air. Sudah aman, bahkan untuk balita. http://edition.cnn.com/2011/WORLD/asiapcf/03/24/japan.nuclear.disaster/index.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline