Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Farid

Nama asli

Ijinkan Puisiku Berkibar Saat Hujan

Diperbarui: 15 Februari 2018   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

ijinkan puisiku berkibar saat hujan datang

kemarin, tepat diatas jarum jam menunjukkan sekitar 8 malam.....aku tersipu malu bak gayung yg jauh dari pemiliknya......suasana hati sesaat menyongsong rasa gembira....aroma perasaan rasanya bak lebah yg kembali menemukan sari bunga yg berkeliaran.......handponeku masih aku pegang, chat ku mulai ramai dengan grup yg kebanyakan....namun jemariku menuntunku untuk melihat namamu......ku geser dan ku tekan terakhir aku chat kamu.......

ternyata lebih dari setengah hari kau tak memberi kabar dariku....aku merenung tak bergulai...kenapa dengan diriku....apakah aku sedang kasmaran terhadap seseorang yg hidupnya sederhana dan tak bergemulai harta yg bertaburan....tak tau lah....aku tak paham......disaat hati ini butuh seseorang yg bisa memberi semangat kau malah jauh dari kata dekat....namun jauhmu hanya raga saja....sedang kan jiwamu menusuk dalam raga......

ku lanjutkan dan aku terdiam.....seakan aku mau berangkat mencari seseorang yg dahulunya tak pernah hadir dalam impian....ingat (ini hanya lamunan)

sesaat bunyi hpku berdering , menandakan pesan masuk dalam aplikasi......ku buka WhatsApp yg hanya sendiri....kulirik inbok yg masuk untuk ku baca seorang diri.....perlahan aku tak percaya itu kamu yg jauh dari sisi......chat paling atas yg menenangkan hati.....akhirnya ku bergumam "ternyata si bidadari"....tanpa pikir panjang pun langsung aku reply dan kuselingi gurauan penghibur hati.....sejatinya hanyalah ingin membuat nya nyaman ketika aku menjadi partner untuk digauli....

ku imajinasikan saja senyummu agar aku larut dalam senyummu yg tak terjamahi ..... namun bukan rahasia lagi.. sikapmu yg tak peduli membuatku terkadang bngung mencari topik agar bisa lebih lama bersamamu.... apa aku harus bilang "bapak kamu jualan sate ya ? "aaah...basi.....terkesan gombal dan kentara kalau aku ingin bisa memiliki.....biarkan jalan yg kutempuh menjadi saksi yg tak akan terdeteksi....karna cinta mengalir dari hati yg alami...ketika dia mengalami lara, tubuh ini terasa lemah dan letih....dan ketika bahagia, bagaikan emas permata tiada arti...

tak tung tuangsuara hapeku berbunyi....mungkin refleksiku membayangkan kamu yg kembali.....dan benar.....kamu kini telah membuatku ada dalam masa bahagia yg menerangi qolbi ......tak kuasa hati menahan ini.....nuansa cinta kembali menyerbuku membuat hati terbelenggu dalam cintamu......walaupun aku tahu kau tak mempunyai perasaan yg sama Dengan ku......tak pernah aku pedulikan itu.....karna tugasku hanyalah mencintaimu dalam kesadaran dan lamunanku......

warna kuning dan hijau adalah kesukaanmu.....aku tahu karna kau pernah bercerita padaku .....seakan-akan membuat aku juga suka warna itu ...padahal sebenarnya aku tak terlalu suka......dengan sekejap kau merubah emotku yg dlunya tak senyum sendiri kini seperti orang gila dipinggir kali

ku lanjutkan renungan ku dalam sebuah tabir ilahi....perlahan air menetes dari langit dan menandakan aku harus pergi meneduhkan ragawi....dan menghangatkan seluruh raga ini.....perlahan aku terdiam .....kuambil pena dalam tas miniku....kuraih kertas putih dan kutancapkan lancipan pena ....mulailah aku bergumam.....puisi dalam rintik hujan yg membasahi seluruh manusia di muka bumi...bismillahirrahmanirrahim

"wahai seseorang....bolehkah aku menyebutmu kasih ? aku tahu kau takkan seperti laila majnun yang pusing tujuh keliling ketika qois tak memberi kabar seharian.......aku tahu kau takkan seperti siti Khodijah yg mampu menyatakan cinta pada seorang lelaki dalam pelaminan.....aku tahu kau takkan seperti Zulaikha yg tergulai lemas ketika sang yusuf lewat dalam satu kedipan....aku bukanlah mereka yang merasakan balasan cinta dari seorang yang kasmaran....."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline