Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Masih Menggerutu Datangnya Senin?

Diperbarui: 11 September 2023   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TribunKaltim.com

Kenapa masih menggerutu datangnya Senin? Seperti mengutuk datangnya pagi. Mungkin, ada sebagian dari kita di hari ini sedang sempit dadanya karena sedang menunggu kabar baik. Ada pula yang sedang menunggu solusi belakangan ini, sementara esok hari harus sudah ada keputusan dan jalan keluar. Mungkin juga ada yang semalam menghadapi masalah yang sedang puncak-puncaknya.

.

Tetap samangat sahabat. Selalu optimis dan berpikir positif saja. Tarik nafas dalam-dalam, lalu tenangkan hati. Tersenyumlah hari ini, dan lihatlah ke langit. Sambil berdoa, "Ya Rabb, segala yang ada di langit dan bumi tak pernah lepas dari kuasa-Mu dan pengawasan-Mu". Maka, segala ikhtiar atas niat baik biarkan DIA yang menyaksikan. Selanjutnya, kita serahkan penilaiannya serta hasilnya hanya kepada-Nya.

Jangan menggerutu datangnya Senin. Sambut dengan optimis dan positif. Teruslah perbaiki niat, baguskan ikhtiar, dan perbanyak doa. Sebab, jika semua ikhtiar sudah dilakukan. Jika semua cara sudah diusahakan. Jika seluruh tenaga sudah dikerahkan. Jika semua doa sudah dipasrahkan. Maka hanya tinggal satu yang perlu dikerjakan. Yaitu menunggu dengan tawakal.

Senin sama sekali tidak butuh hujatan. Pagi pun bukan hukuman, panas pun bukan penjara. Siapapun berhak menikmati Senin. Hanya pagi dan panas yang tidak mengenal pangkat, jabatan, harta atau status sosial. Kaya miskin pasti menemui Senin pagi. Sebagai bukti, bahwa manusia hakikatnya sama di hadapan Ilahi Rabbi. Hanya iman dan takwa yang membedakannya.

Maka jangan menggerutu datangnya Senin. Jangan mengutuk pagi atau membenci panas. Karena senin dan pagi, selalu mengajarkan kepada siapapun. Untuk lebih berani "introspeksi diri" bukan "mengoreksi keadaan atau orang lain". Agar bersedia memperbaiki diri sambil menerima realitas. Tetaplah sabar, ikhlas, dan Syukur dalam keadaan apapun. Karena semua orang yang optimis pasti paham prosesnya, sementara orang pesimis pasti lebih banyak protesnya. Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline