Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Tukang Becak, Terus Mengayuh hingga Tak Sanggup

Diperbarui: 18 Maret 2023   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Pribadi

Banyak orang menganggap, becak identik dengan kaum marjinal. Kaum miskin atau warga kelas bawah. Tentu sah-sah saja. Karena memang becak bukan jalan untuk menjadi kaya. Tidak ada kemewahan di balik kayuhan tukang becak. Tapi becak bisa jadi simbol. Tentang pentingnya ikhtiar. Tentang kerja keras tanpa mengenal lelah. Bukan berdiam diri atau bersikap apatis. Kayuhan seorrang tukang becak, menegaskan siapa pun hanya bisa ikhtiar. Tapi tidak bisa menentukan hidupnya. "Teruslah mengayuh hingga tak sanggup", begitulah filosofi tukang becak di era begini.

Ikhtiar, jadi kata kunci. Siapa pun harus ikhtiar untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tidak ada duduk nyaman selagi di dunia. Karena tidak mungkin meminta surga tanpa melakukan apapun yang baik. Kita tidak harus hebat dan berbakat soal apapun. Tapi kita bisa ikhtiar untuk apapun. Maka sempurnakanlah ikhtiar seperti kuatnya tekad seorang tukang becak. Sambil tetap perbaiki niat dan berdoa kepada-Nya.

Aktivitas apapun, di manapun. Tidak boleh ada kata menyerah, jangan pernah cepat lelah. Karena itu, dibutuhkan sikap militansi dan jiwa korsa untuk berjuang. Seperti tukang becak yang tidak pernah berhenti mengayuh, demi sesuap nasi. Dari sekian perjalanan yang dilewati, banyak orang sebenarnya sebentar lagi sampai tujuan. Hanya sayang, mereka menyerah di tengah jalan. Terlalu cepat menyerah. Hingga impian pun jadi khayalan, tujuan tidak kunjung didapat.

Lalu katanya, dunia itu kejam. Dunia kejam itu untuk orang yang berdiam. Tapi tidak untuk orang yang ikhtiar dan terus berjuang dalam keadaan apapun. Dunai itu hanya keras, tapi tidak kejam. Justru yang kejam itu kemalasan, kebodohan. Punya masalah tapi tidak mau ikhtiar mencari solusi. Ingin lebih baik tapi tidak ada yang diperbuat. Kejam itu ketika seseorang tidak tidak mau ikhtiar. Seperti tidak tersenyum itu lebih kejam daripada pembunuhan.

Kata tukang becak, dunia itu tidak kejam. Karena rezeki itu sudah diatur Allah SWT. Rezeki itu tidak akan pernah tertukar antar orang per orang. Rezeki setiap orang pasti ada dan selalu mengalir, tidak putus-putus. Bahkan rezeki bisa datang dengan sendirinya. Asal niatnya baik,, ikhtiarnya bagus, dan doanya tidak pernah berhenti. Dan yang paling penting soal rezeki, apa yang sudah dimiliki hari ini itu sudah pantas untuk kita. Alhamdulillah!

Becak memang kian langka. Tapi dari tukang becak, siapapun bisa belajar. Akan pentingnya ikhtiar dalam hidup. Selain sederhana, ulet, dan pantang menyerah, tukang becak tidak pernah berhenti mengayuh sebelum mencapai tujuan. Selalu ada senyum pada setiap kayuhan tukang becak.

Karena tukang becak yakin. Bahwa "hidup tidak perlu memberontak terhadap hidup itu sendiri". Salam literasi #TukangBecak #FilosofiBecak #LiterasiIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline