Era digital merupakan satu fase yang benar-benar sangat berbeda dengan fase sebelumnya, fase ini penuh dengan kompetisi, karena semua sektor yang bergerak selalu berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi bahkan tak terasa kini telah memasuki sendi-sendi kehidupan yang memberikan kebebasan bagi siapapun yang ingin terus mengasah kemampuan diri agar mampu bertahan ditengah-tengah gempuran teknologi tanpa henti.
Setiap detik, menit bahkan jam sekalipun informasi yang disuguhkan melalui media cenderung mengangkat tema-tema tentang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga terkesan kita tak mampu menyeimbangi kuatnya arus digitalisasi, apakah kekuatan teknologi akan mampu menguasai bahkan mengalahkan manusia, meskipun manusia lah yang menciptakan teknologi itu.
Ibarat sebuah dunia baru yang berhasil menciptakan inovasi-inovasi didalamnya berisikan semua jenis teknologi dan siapapun yang ingin menguasai teknologi maka dengan mudahnya masuk dan mampu berbaur sambil mempelajari teknologi itu selama dia mampu beradaptasi.
Perubahan ini lambat laun terjadi pergeseran sehingga semakin dinamis jika terus disimak, semua jenis aktivitas telah mengalami ketergantungan apa yang disebut dengan aplikasi/software.
Hadirnya software memberikan dampak positif yang luar biasa meskipun banyak yang merasakan dampak negatifnya terutama pada sektor ketenagakerjaan, yakni berkurangnya lapangan pekerjaan karena kebanyakan industri menggunakan mesin sebagai tenaga kerja sehingga dengan mudahnya menggantikan tenaga manusia.
Keberadaan software/aplikasi yang telah menjadi sebuah ketergantungan pada era digitalisasi ini memberi ruang yang besar dalam menjalani rutinitas, maka transformasi adalah sebuah tahapan yang harus dijalankan oleh semua lembaga pemerintah maupun swasta.
Sebab tak bisa dipungkiri dari jenis pekerjaan apapun aplikasi lah yang akan menjadi lokomotif utama untuk memberi kemudahan dalam melakukan proses pekerjaan sehingga proses ini memaksa para pekerja harus terus mengupdate kompotensi, dan jika itu sebuah instansi/lembaga apapun mestinya memiliki resource yang mumpuni, tidak semestinya terus bertahan dengan pola lama yang menguras anggaran dan tenaga manusia.
Hal ini mendorong Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatik) Kementerian Ketenagakerjaan RI melakukan sebuah kegiatan yang diberi tema "Festival Aplikasi, tingkatkan kolaborasi layanan melalui ekosistem digital ketenagakerjaan" sebuah kegiatan yang diharapkan mampu memotret serta menggiring unit-unit internal agar menjadikan aplikasi sebagai tools yang bisa memfasilitasi semua jenis pekerjaan dan mempermudah bahkan menyederkanakan pekerjaan yang dianggap rumit bisa tuntas melalui sebuah aplikasi.
Pada iven festival aplikasi ini beberapa jenis aplikasi baik yang berbasis web maupun mobile yang selama ini sudah diterapkan sebagai aplikasi khusus dalam Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan, sehingga menjadi satu platform besar dan memiliki branding yang akan terus dikembangkan pada tahun-tahun berikutnya.
Sistem Informasi Aplikasi Pelayanan Ketenagakerjaan (SIAPkerja), branding ini menjadi rumah atau sebuah frame yang akan menampung semua aplikasi dan diintegrasikan demi menguatkan layanan publik pada sektor ketenagakerjaan.
Melalui pendekatan ekosistem digital, menurut pandangan seorang akademisi dan praktisi bisnis Prof. Rhenal Kasali dalam bukunya #MO Mobilisasi and Orkestrasi membagi ekosistem digital menjadi tiga aktor utama yaitu pemilik platform, partisipan dan superpartisipan.