Jika di pulau jawa dan sumatera, masyarakat yang akan melakukan mudik jauh-jauh hari biasanya telah menyiapakan jadwal, kapan harus melakukan perjalanan mudik, karena ada kekhawatiran nantinya bisa terjebak macet jika menggunakan jalan darat sebagai alternatif agar bisa berada di kampung sebelum hari raya Idul Fitri, sehingga dari awal sudah harus mencari informasi dengan membaca berita-berita online atau menonton berita di televisi untuk mengetahui jalur-jalur mana yang memiliki kepadatan kendaraan sehingga menyebabkan kemacetan.
Tradisi mudik memang selalu memunculkan cerita yang menarik, apalagi sudah dua tahun terlewati masyarakat tidak bisa melakukan mudik karena Indonesia dilanda pandemi covid-19, maka mudik kali ini benar-benar mampu menjawab rasa kerinduan yang mendalam terhadap keluarga di kampung halaman.
Sehingga masyarakat ibu kota sangat antusias dengan penuh semangat menyiapkan hal ihwal terkait dengan rencana melakukan mudik.
Setelah bertemu dengan keluarga besar dan puncaknya melakukan sholat idul fitri bersama, salam-salaman dan menikmati kulineran dengan bumbu lokal yang khas, tak lupa melakukan ziarah kubur kepada orang tua, saudara yang telah duluan pergi dipanggil Yang Maha Kuasa.
Kini tiba saatnya melakukan persiapan untuk perjalanan balik ke ibu kota masing-masing, jika di pulau jawa kita akan diperhadapkan dengan kondisi lalu lintas yang tak asing lagi terjadi di setiap tahun yakni menghadang kondisi jalanan yang macet parah karena terdapat jutaan kendaraan yang balik setelah mudik.
Namun bagaimana dengan situasi terkini aktivitas mudik yang dilakukan oleh masyarakat dari Indonesia Timur yang sudah bertahun-tahun mendiami pulau Jawa, terutama di Jakarta, tentu beda lagi ceritanya.
Berangkat dan kembali mungkin tak pernah merasakan apa yang selalu dirasakan masyarakat Jawa pada umumnya yaitu menemukan macet di jalanan, sebab dominan masyarakat Indonesia Timur jika melakukan perjalanan selalu menggunakan transportasi udara, hanya penerbangan ke Timur Indonesia biasanya dilakukan pada jam-jam kritis, penerbangan dini hari atau tengah malam.
Sehingga pada awal malam kita sudah harus istirahat tidur lebih awal sekitar tiga sampai empat jam agar saat melakukan takeoff dan telah berada dalam pesawat kondisi tubuh kita lebih fresh.
Beberapa penerbangan yang memiliki destinasi di Timur Indonesia, baik penerbangan langsung atau melalui jalur transit, bisa melalui Surabaya, Makassar dan Manado jika ke provinsi Maluku Utara maka tiga kota ini menjadi jalur transit yang selalu dilalui para penumpang.
Begitupun arus balik jika bukan Manado atau Makassar maka Surabaya menjadi pilihan alternatif, kebutulan hari ini saya mengikuti arus balik dari Ternate menuju Jakarta melalui kota Makassar.
Bandara Internasional Hasanuddin yang memiliki sekitar 12 gate biasanya tidak terlalu ramai, kali ini benar-benar terasa padat dengan banyaknya penumpang yang memadati setiap gate.