Lihat ke Halaman Asli

Farid Sudrajat

Pembelajar kehidupan

"Tour of Duty" Kloter 3 JKG 2008, Akhir Perjalanan

Diperbarui: 28 September 2018   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

courtesy : tim haji kloter 3  Jakarta,2008

CUKUPLAH KEMATIAN MENJADI NASIHAT....

Seorang jamaah haji, Ibu Parinah, sejak di kota Jaddah sudah dalam keadaan lemah. Menurut teman sekamarnya, beliau sudah tidak mau makan sejak 2 hari. Sementara jadwal penerbangan tinggal dalam hitungan jam.

Tiba waktu berangkat menuju bandara, kondisi Ibu Parinah tidak juga membaik. Ia dipandu menggunakan kursi roda untuk naik kendaraan bus. Kami sebenarnya khawatir dengan kondisi yang demikian. Menurut kami, semestinya ia menjalani perawatan intensif di RS Saudi ini, tetapi hasrat untuk kembali ke tanah air Indonesia rupanya sudah demikian kuat.

Begitu tiba dibandara, benar saja, ibu parinah harus masuk perawatan unit kesehatan bandara. Ia merasa sesak. Ia diberikan bantuan oksigen untuk meringankan sesaknya. Kondisinya sedikit membaik.

Penerbangan ternyata mengalami penundaan yang demikian lama. Pertama kali, penerbangan diundur hingga 6 jam ke depan, kemudian diundur kembali untuk 10 jam, jadilah penundaah hingga mencapai 16 jam. Masa menunggu penerbangan ini rupanya menyebabkan sebagian jamaah kelelahan. Beberapa terpaksa menjalani perawatan, termasuk Ibu Parinah yang memang sudah demikian payah.

Akhirnya tepat pukul 09.00 was, pesawat yang menerbangkan kami, kloter 03 Jakarta, take off. Doa perjalanan dipanjatkan . kira-kira setelah  satu setengah jam penerbangan, terjadi kegemparan dalam pesawat. Tidak ada yang menyangka, seorang jamaah,Ibu Nyi Ayuni,  dalam keadaan tenang dengan posisi tertidur di kursi pesawat, ternyata sudah menghadap ilahi. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Insya Allah beliau pergi dalam keadaan suci, khusnul khotimah.

Ia luput dari perhatian kami.

Sontak  perhatian kami selanjutnya tertuju kepada Ibu Painah...benar saja. Kondisinya tidak juga membaik.

Segera kami posisikan ia ke tempat yang memungkinkan dilakukan upaya-upaya tindakan. Kesadarannya terus menurun, tekanan darah juga menurun, nadi yang semakin lemah, pernafasan yang tidak teatur.

Persediaan stok obat emergensi amat terbatas. Tim kesehatan, pemandu haji, kru pesawat dan para jamaah bahu membahu berusaha memulihkan kondisi Ibu Parinah. . Seakan saling berpacu, antara laju pesawat, bayangan kematian dan waktu yang terurs berjalan, membuat suasana dalam pesawat sungguh mencekam.

Tim kesehatan yang dikomandoi dr. hj. Elvira dibantu dr. hj. Angliana, hj. Juju juartini, hj. Eva novianti, dan dan penulis mencoba memberi pertolongan dengan memasukkan obat emergensi (life saving)  melalui jalur pembuluh darah, sementara infus terpasang dengan menggantungkan pada dinding kabin pesawat menggunakan kain kasa yang berfungsi tali pengikat. Tanda-tanda vital kehidupan terus kami monitor. Di sisi lain, usaha dalam bentuk doa, dipanjatkan oleh H. Matroji dan H. Rahmat, selaku tim pembimbing Haji diikuti oleh seluruh jamaah di dalam pesawat, bagaimanapun, Allah jualah sang pemilik kehidupan. Satu yang kami mohonkan saat ini, ya Allah, tolong jangan ambil jamaah kami lagi, cukup satu yang telah engkau panggil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline