Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Keluarga Bisa Sebabkan Gangguan Mental bagi Anak?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lingkungan sosial secara nyata mampu mempengaruhi perilaku sehat dan sakit. Peran sehat dan sakit juga berkaitan dengan nilai sosialnya. Individu akan berperan sehat atau sakit jika sesuai dengan nilai-nilai yang secara sosiologis diterima. Demikian juga bahwa lingkungan sosial itu juga mempengaruhi pola sehat dan sakitnya, baik kesehatan secara fisik maupun mental.

Di antara faktor lingkungan sosial yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental adalah Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Di keluarga seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dan dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran serta kebiasaannya. Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya (Bossard & Bail 1966).

Keluarga yang lengkap dan fungsional akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya. Keluarga lebih dekat hubungannya dengan anak dibandingkan dengan masyarakat luas. Keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dari keseluruhan sistem lingkungan, karena berpengaruh langsung terhadap individu dan merupakan mikrosistem yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak.

Walaupun demikian, banyak sekali kondisi-kondisi keluarga yang justru menjadi hazard (penyebab/prevalensi) bagi setiap anggota keluarganya dan tentunya beresiko bagi terganggunya mental, diantaranya : perceraian dan perpisahan, keluarga yang tidak fungsional, dan perlakuan atau pengasuhan.

1.Perceraian dan perpisahan

Perceraian dan perpisahan kerena berbagai sebab antara anak dengan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak studi yang dilakukan membuktikan bahwa perceraian dan perpisahan dapat berakibat buruk bagi perkembangan kepribadian anak (Johnson, 1996)

2.Keluarga yang tidak fungsional

Keluarga yang tidak berfungsi menuju pada keadaan keluarga tetap utuh (intake), terdiri dari kedua orang tua dan anak-anaknya. Mereka menetap dalam satu rumah, dan strukturnya tidak berubah. Hanya fungsinya yang tidak berjalan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang utuh tetapi tidak fungsional lebih berakibat buruk pada anak (Hurlock, 1992)

3.Perlakuan dan pengasuhan

Berkaitan dengan apa yang dilakukan orangtua atau anggota keluarga lain kepada anak. Apakah dibiarkan (neglect) diperlakukan secara kasar (violance) atau dimanfaatkan secara salah (abuse) maupun diperlakukan secara penuh toleransi dan menciptakan iklim yang sehat. Semuanya mempengaruhi perkembangan anak, dan juga pada anggota keluarga secara keseluruhan.

Kondisi keluarga yang “sehat” dapat meningkatkan kesehatan mental anak dan anggota keluarga lainnya. Sebaliknya kondisi keluarga yang tidak kondusif dapat mengakibatkan gangguan mental bagi anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline