Lihat ke Halaman Asli

Fariastuti Djafar

TERVERIFIKASI

Pembelajar

Melirik Potensi Wisata Lomba Dayung Perahu Naga dan Bidar

Diperbarui: 14 Mei 2017   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Regu Dayung peserta lomba berpacu menuju garis finish. Sumber: Koleksi Pribadi

Indonesia memiliki banyak sungai. Namun sungai tersebut kurang dikenal sebagai obyek wisata terutama pada tingkat internasional dibanding dengan sungai di Eropa bahkan Asia Tenggara seperti Chaw Pra Ya di Thailand dan Sungai Sarawak di Malaysia (Sarawak Menata Sungai). Alih-laih menjadi sumber penghasilan sebagai tujuan wisata, masih banyak sungai di Indonesia yang kurang terurus dan banyak sampah seperti sungai di Kota Singkawang ini (Di sini). Padahal sungai adalah bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan dari sebagian besar penduduk Indonesia.

Pada beberapa daerah, sungai sudah lama dikenal sebagai pusat kemeriahan dengan dilaksanakannya lomba dayung khususnya antar penduduk lokal.  Hal ini bisa dilihat dari lomba dayung perahu tradisional  di Sungai Musi di Sumatera Selatan (Di sini) dan Sungai Sambas dan Mempawah di Kalimantan Barat.  

Bagi penduduk yang tinggal di sekitar sungai, renang dan dayung sudah dikenal sejak anak-anak. Di beberapa daerah bahkan penduduk menggunakan sampan untuk jarak dekat seperti ke pasar atau mengunjungi tetangga.

Sungai menjadi pelabuhan dan  alat transportasi yang penting untuk mencapai daerah pedalaman. Tidak heran ketika kemarau panjang, kapal yang mengangkut keperluan pokok tidak dapat berlayar, baik karena sungai yang dangkal maupun kabut asap. Hal tersebut menyebabkan harga di pedalaman menjadi semakin mahal.

Sungai juga tempat sebagian penduduk menggantungkan nafkah. Penduduk bahkan membuat keramba di sungai untuk budidaya ikan. Air sungai menjadi sumber air minum dan mandi sampai tempat buang hajat.

Kehidupan yang terkait dengan sungai sangat dinamis. Sungai yang dikelola dengan serius dan professional mendatangkan lebih banyak manfaat. Sangat disayangkan, sungai di Indonesia belum dapat mencapai tahapan pembangunan tersebut.

Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain terutama dalam mengemas sungai sebagai obyek wisata dan menjadikan dayung sebagai olahraga bergengsi. Indonesia hanya mengirim dua pendayung pada olimpiade 2016 di Brazil yaitu La Memo dari Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku dan Dewi Yuliawati dari Tangerang ( Di sini ). Walau sudah mampu menjadi peserta Olimpiade 2016 dengan mengalahkan beberapa negara, mereka berdua belum berhasil memperoleh medali. Juara dayung pada Olimpiade 2016 yaitu dari Kuba, Australia dan Norwegia (Di sini)

Salah satu provinsi yang memiliki banyak sungai adalah Kalimantan Barat. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang sekitar 1.143 Kilometer (Di sini) yang melintasi Kota Pontianak dan beberapa kabupaten. Mengingat potensi tersebut, rektor Universitas Tanjungpura (Untan), Prof. Dr. Thamrin Usman menjadikan lomba dayung sebagai bagian dari kegiatan Dies Natalis Untan yang jatuh setiap bulan Mei sejak 2012 dengan nama Dragon Boat and Bidar Race. 

Dilihat dari nama Dragon Boat and Bidar Race, jenis perahu yang digunakan terdiri dari perahu yang berasal dari Negara Tiongkok (Dragon Boat,  Duan Wu Jie-Bahasa Mandarin- atau Perahu Naga) dan perahu tradisional Indonesia (Bidar/sampan). Beda dengan Bidar, Perahu Naga berukuran panjang dan ramping, berkepala naga dan memiliki genderang yang ditabuh ketika didayung.

Spanduk di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi


Perahu Naga dan Bidar di Sungai Kapuas. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline