Wiranto, menkopolhukam, pada kamis siang, 10 Oktober yang lalu, ditusuk oleh orang tidak dikenal dengan menggunakan senjata tajam. Sungguh, peristiwa penusukan ini sangat tidak manusiawi.
Sebab yang menjadi korban penusukan tak hanya Wiranto saja, tetapi juga ajudan Wiranto, Kapolsek Menes, dan seorang pegawai kampus. Peristiwa ini terjadi pada saat Wiranto akan meninggalkan Alun-Alun Menes, Pandeglang, Banten.
Akibat penusukan ini, Wiranto mengalami dua luka tusukan di tubuhnya.
Oleh karena itu, Wiranto langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto untuk mendapatkan penanganan medis. Kejadian ini tentu membuat geger masyarakat Indonesia. Apalagi penusukan itu disaksikan oleh puluhan orang yang hadir pada saat itu.
Video peristiwa ini telah beredar di media sosial, ketika Wiranto tersungkur ke tanah sambil memegang perutnya. Tampak beberapa orang di sskitarnya panik dan langsung menolongnya.
Lantas, siapa pelaku dibalik penusukan ini? Pelaku yang belakangan diketahui bernama Syahril Alamsyah dan Fitri Andariana, pasangan suami istri, telah ditangkap polisi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan bahwa penyerangan terhadap Wiranto terbilang cepat dan tak terduga. Penusukan bahkan terjadi sebelum Wiranto sempat menyapa masyarakat. Ternyata, Wiranto ditusuk oleh pelaku dengan menggunakan gunting.
Kasus penusukan Wiranto ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Masyarakat yang kontra meragukan kebenaran dari peristiwa tersebut, apakah direkayasa atau tidak. Pemerintah dinilai lebih peduli kepada Wiranto daripada korban peristiwa Wamena dan aksi demonstrasi mahasiswa.
Sementara yang pro pemerintah mengecam orang-orang yang tidak percaya. Mereka menilai bahwa peristiwa penusukan Wiranto ini memang benar adanya dan tidak direkayasa.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak masyarakat yang tidak percaya penusukan Wiranto. Informasi yang berbeda-beda dari para politisi membuat masyarakat semakin bingung. Yang lebih mengherankan lagi, informasi mengenai kesehatan Wiranto disampaikan oleh para politisi, bukan dokter yang menanganinya.
Namun, terlepas dari hal tersebut, kejadian ini seharusnya dijadikan acuan bahwa keamanan untuk pejabat negara harus lebih ditingkatkan. Caranya dengan menambah personil pengawal ketika pejabat negara sedang melakukan kunjungan ke suatu daerah.
Peristiwa ini diharapkan menjadi peristiwa terakhir yang tidak akan pernah terjadi lagi di masa yang akan datang. Aparat penegak hukum harus segera menindaklanjuti kasus ini, dengab menyelidiki motif di balik penusukan Wiranto dan apakah ada pelaku lain yang ikut terlibat atau tidak.