Lihat ke Halaman Asli

Dampak BPA Pada Galon Terhadap Manusia

Diperbarui: 4 Desember 2023   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bisphenol A (BPA) merupakan bahan kimia yang digunakan dalam produksi plastik sejak tahun 1940. BPA merupakan salah satu monomer penyusun yang digunakan dalam produksi plastik dari polikarbonat, resin epoksi, dan bahan polimer lainnya (Erler et al., 2010). Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, telah menggunakan BPA sebagai bahan baku pembuatan botol, galon, gelas, dan wadah air. Gelas, botol, atau galon yang mengandung BPA memberikan tekstur keras dan bening yang disukai semua orang. 

Di Indonesia, BPA banyak ditemukan pada galon  polikarbonat. Galon yang mengandung BPA biasanya merupakan galon yang dapat digunakan kembali. Galon sekali pakai mengandung PET sehingga bebas BPA. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering menggunakan galon  polikarbonat.

 Menurut penelitian yang dilakukan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), ditemukan BPA dalam jumlah berlebihan (0,9 bph) pada wadah galon  polikarbonat. Penelitian terbaru di beberapa negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa BPA dapat menyebabkan perubahan sistem hormonal tubuh dan memicu gangguan kesehatan, antara lain faktor penurunan aktivitas endokrin, penurunan kualitas sperma, penurunan hasrat seksual, dan kesulitan ejakulasi.

Selain itu, BPA juga dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes dan penyakit ginjal kronis.Berdasarkan hal tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengkaji keamanan BPA dalam kemasan galon.

Senyawa BPA merupakan prekursor plastik, khususnya polikarbonat.BPA dalam kemasan galon dapat berpindah dari polikarbonat ke air mineral melalui metabolisme.Ketika kemasan polikarbonat ditempatkan dalam air mendidih (100°C), BPA bermigrasi dari kemasan ke dalam air mineral dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan saat terkena air bersuhu tinggi.55 kali lebih tinggi.Suhu 20°C.Perpindahan BPA ke dalam minuman juga meningkat jika wadah galon digunakan terus menerus. Hal ini terjadi karena dinding tangki menjadi lebih permeabel sehingga menyebabkan  lebih banyak air menempel pada dinding tangki sehingga meningkatkan kontaminasi pada air yang dikonsumsi yang mengandung BPA.

Menurut penelitian tahun 2009 yang dilakukan Carwile dkk., seorang relawan diminta minum air hangat dari botol yang sama selama 1 minggu dan hasil tes menunjukkan  BPA dalam urinnya meningkat sebesar 69% setelah 1 minggu. Hal ini dikarenakan penggunaan kemasan yang mengandung BPA secara terus-menerus dan paparan suhu tinggi di dalam kemasan  menyebabkan BPA keluar dan larut ke dalam air mineral yang Anda minum.

 BPA dapat dilepaskan dari polikarbonat ke dalam air mineral sebagai hasil hidrolisis polimer yang dikatalisis oleh hidroksida melalui kontak antara kemasan yang mengandung polikarbonat dan air mineral. Faktor lain yang dapat menyebabkan BPA terlepas dari kemasan adalah pH. Peningkatan BPA meningkat seiring dengan meningkatnya pH. (Biedermann-Brem dkk., 2008). Menurut penelitian Biedermann-Brem, pelepasan BPA akibat peningkatan pH juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti waktu pemaparan dan suhu. Semakin tinggi suhu dan semakin lama paparan maka semakin banyak karbon dioksida yang dilepaskan dan pH meningkat (Hoekstra dan Simoneau, 2013).

Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor Pengumuman Tahun 2019 Nomor 20 tentang Kemasan Pangan, kandungan BPA dalam kemasan pangan maksimal adalah 0,6bpj. Sementara itu, hasil penelitian BPOM menunjukkan kandungan BPA pada wadah air galon melebihi standar yaitu 0,9bpj. 

Hal ini dapat disebabkan oleh proses pasca produksi seperti pengiriman dan penyimpanan galon dari pabrik ke konsumen melalui media dan ruang yang kurang lancar. Hal ini menyebabkan BPOM menambahkan peraturan baru yang mewajibkan label peringatan BPA pada setiap galon air dan air minum dalam kemasan plastik polikarbonat. Hal ini sesuai dengan perubahan Peraturan BPOM Nomor 2. Peraturan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pelabelan Pangan Olahan untuk memberikan gambaran yang tepat kepada penangan produk pada saat proses pasca produksi dan memberikan peringatan kepada masyarakat (BPOM Samarinda, 2022).

Jika BPA yang terkandung dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan keracunan, dan gangguan kesehatan berikut dapat terjadi:Pertama sistem reproduksi,BPA secara signifikan mengurangi aktivitas hormonal dan memperburuk infertilitas baik pada pria maupun wanita (Ma et al., 2019). Karena toksisitas BPA, penurunan konsentrasi kortisol serum dan peningkatan progesteron, estradiol, dan hormon luteinizing (LH) telah diamati (Minguez-Alarcon et al., 2015). 

BPA dalam tubuh menjadi pesaing estradiol untuk reseptor estrogen (ER). Ketika BPA berikatan dengan RE, hal ini mengganggu aktivitas normal reseptor estrogen. Lalu, terdapat korelasi positif antara penebalan endometrium dengan kadar BPA urin pada wanita berusia kurang dari 37 tahun. Terdapat korelasi negatif antara ketebalan endometrium dengan kandungan BPA dalam urin pada wanita di atas 37 tahun. Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia wanita, hormon dalam tubuhnya semakin berkurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline