Seiring berjalannya waktu ke waktu, perkembangan teknologi senantiasa meningkat secara signifikan. Dari mulai revolusi industri 1.0 hingga pada akhirnya kita semua menempati revolusi industri 5.0. Teknologi yang kian melonjak perkembangannya, sehingga kita tidak dapat mencegah dari yang namanya era digitalisasi. Di era digital ini dapat dikatakan bahwa manusia hidup berdampingan dengan yang namanya IT (Information and Technology). Semua pekerjaan manusia sudah dipastikan melibatkan fitur-fitur yang diberikan oleh sistem digital guna memudahkan seluruh aktivitas manusia.
Era digital sangat erat kaitannya dengan yang namanya sosial media. Semua aspek seperti sosial, ekonomi, kebudayaan, politik, dan lain-lain dapat diakses di sosial media dengan sangat mudah. Sosial media yang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia yakni Instagram, Whatsapp, Facebook, Twitter, Youtube, dan lain sebagainya. Tentu saja dengan adanya hal ini, masyarakat merasa sangat dimudahkan dalam menuangkan ide-ide kreativitas, interaksi, dan bahkan tak jarang mereka bekerja di sosial media. Dalam sudut pandang ekonomi dan sosial adanya sosial media sangat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan relasi sosial. Lantas, bagaimana dalam perspektif Agama Islam?
Important Issue
Dalam perspektif Islam kemunculan sosial media memang dapat menjadi sebuah media dakwah yang efisien. Akan tetapi, mengingat bahwa syaithon adalah musuh yang nyata bagi manusia seperti yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur'an yang berbunyi, "Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. Faatir (35:6). Oleh karenanya, setan akan senantiasa memiliki siasat untuk menjerumuskan manusia ke dalam hal-hal yang Allah tidak senangi atau bahkan membuat Allah Ta'ala murka. Bagi siapa saja yang lengah dan tidak mempunyai keteguhan iman dan taqwa, maka sangat akan rentan terperosok ke dalam tipu muslihatnya.
Sosial media selain dapat menjadi media dalam dakwah, fitur teknologi ini pun dijadikan sebagai wadah kemaksiatan yang tidak kita sadari. Penyimpangan tersebut dinamakan sebagai penyakit hati. Banyak sekali umat manusia yang menjadi korban kemungkaran ini. Biasanya penyakit hati ini menyerang kepada content creator maupun warganet atau yang sering dikenal dengan sebutan netizen. Contoh penyakit hati yang sering melekat pada citizen of the net di media sosial yakni: Munculnya rasa tidak terima atas pencapaian orang lain, memprovokasi pihak yang satu dengan pihak yang lain, menghina dan merendahkan orang lain, memamerkan harta kekayaan, dan lain-lain. Biasanya pun sering terjadi percekcokan antara fanbase artis dengan fanbase selebriti lainnya, mereka membanding-bandingkan antar keduanya. Melihat hal itu, dapat dikonklusikan bahwa salah faktor dari permasalahan itu yaitu fanatisme penggemar (fan fanaticism). Tentu saja hal ini berdampak sangat buruk bagi kemaslahatan umat manusia, dan bahkan dapat mengakibatkan disintegrasi sosial yang akan meregaskan kerukunan dalam berkehidupan sosial. Oleh sebab itu, penulis mengangkat permasalahan ini sebagai wujud dari sense of crisis agar mampu bersama-sama melakukan penyadaran kepada masyarakat bahwa hal tersebut melanggar syariat Islam.
Macam-Macam Penyakit Hati
Dalam kacamata Islam, penyakit hati mengandung beberapa sifat buruk atau perilaku yang tercela (al-akhlaq al mazmumah). Menurut Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw 'Ilmiah Nafsi membagi penyakit hati menjadi sembilan bagian, yaitu: pamer (riya), marah (al-ghadab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustasi (al-ya's), rakus (tama'), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-'ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd). Akan tetapi, dalam konteks persoalan ini hanya membahas sebagian penyakit hati saja, di antaranya sebagai berikut:
- HASAD (IRI DAN DENGKI):
Hasad merupakan perasaan tidak senang melihat seseorang yang telah mendapatkan kenikmatan dari Allah Swt baik itu berupa kesuksesan, kekayaan, kedudukan, dan lain sebagainya. Pelaku dari perbuatan ini biasanya memiliki rasa iri hati yang berlebih, karena hasad sudah satu paket dengan penyakit iri hati. Ironisnya hasad ini tidak hanya sebatas tidak suka dengan keberhasilan orang lain, bahkan ia pun akan melakukan berbagai cara agar orang tersebut tidak lagi mendapatkan kenikmatan dari Allah Swt melalui kekerasan, perampokan, dan kriminalitas lainnya. Maka dari itu, Allah Swt dan Rasulullah Saw melarang sangat keras di dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi Saw yang berbunyi:
Artinya: "Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) adabagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. An-Nisa (4:32)
Rasulullah Saw bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar". (HR. Abu Dawud).
- RIYA (PAMER)