Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kekayaan budaya. Di setiap daerah masing-masing pasti mempunyai kebudayaan yang menjadi ciri khas tersendiri, baik itu kebudayaan yg bersifat abstrak maupun konkrit.
Dalam hal ini masyarakat berlomba-lomba untuk memanfaatkan kebudayaan yang bersifat konkrit (tampak) seperti batik agar menjadi masyarakat yang ideal. Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam. Tentunya, untuk mencapai masyarakat yang berkembang, warga setempat perlu menerapkan prinsip di dalam Al-Qur'an khairu ummah, serta keadilan dan kesetaraan.
Dalam praktik pengembangan masyarakat Islam, prinsip-prinsip yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Sunnah menjadi hal pokok untuk diimplementasikan dalam proses pemberdayaan. Maka dari itu, kedua kaidah Islami tadi menjadi landasan utama bagi masyarakat Trusmi, Kota Cirebon untuk mewujudkan impian warga untuk mengubah kampung kecil menjadi kampung wisata batik yang selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kota Cirebon, Jawa Barat dikenal sebagai kota yang membuahkan beraneka macam kerajinan, khususnya industri kreatif dibidang batik yang kini melonjak sangat laju. Sebagai corak kerajinan, batik menjadi hasta karya yang berpotensi untuk membangun ekonomi kreatif berbasis seni budaya yang ikonik dan unik. Batik merupakan sebuah industri ekonomi kreatif yang diperkirakan akan menjadi industri yang akan sangat maju pada masa yang akan datang.
Motif batik Cirebon yang menjadi banyak buruan wisatawan yakni motif "Mega Mendung". Karena ornamen Mega Mendung ini banyak diminati oleh target pasar, para pengrajin memperbanyak produksi khusus motif ini. Hal ini membuat keuntungan yang didapat sangatlah besar, sehingga sangat berdampak baik bagi perekonomian masyarakat.
Tentu saja dalam praktik pengembangan masyarakat Islam erat kaitannya dengan prinsip-prinsip di dalam Al-Qur'an maupun Sunnah. Pada konteks ini praktik yang dilakukan masyarakat Trusmi secara tidak langsung mengamalkan dua prinsip yang dijelaskan al-Qur'an dan Sunnah yakni Khoiru Ummah, serta Keadilan dan Kesetaraan. Dijelaskan dalam QS. Ali-Imran ayat 110 mengenai kriteria masyarakat yang ideal yakni menyerukan kepada yang ma'ruf, mencegah dari kemunkaran, dan beriman kepada Allah Swt.
Sedangkan pada hadits Nabi Saw, Rasullah Saw bersabda: "Orang yang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi manusia". Pengrajin batik di desa Trusmi ini turun temurun, sehingga ilmu yang diberikan akan selalu mengalir dari satu tangan ke tangan yang lain.
Dengan adanya kawasan industri batik terbesar ini, mereka pun sangat inklusif bagi siapa saja yang ingin bekerja menjadi pengrajin dan mereka pun akan melatih dan mengajari orang-orang yang ingin bekerja sampai mahir menjadi pengrajin batik professional. Mereka tak hanya unggul dalam aspek perekonomian saja, melainkan mereka mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dengan cara mengadakan pelatihan pengrajin batik agar nantinya bisa berkontribusi dalam industri batik Trusmi, Cirebon.
Selain daripada konsep Khoiru Ummah, masyarakat Trusmi pun secara tidak langsung mengimplementasikan asas Keadilan dan Kesetaraan. Keadilan dapat diartikan memberikan porsi yang sama kepada setiap orang dalam setiap situasi dan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Sedangkan kesetaraan memiliki makna kedudukan yang seimbang, baik itu gender, ras, suku, agama, dan lain sebagainya.
Di QS. An-Nahl ayat 90 Allah memerintahkan bahwa "Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan".
Allah Ta'ala pun menyerukan kesetaraan bagi manusia di dalam QS. Al-Hujuraat ayat 13 yang berbunyi, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu".
Dalam praktik pengembangan masyarakat Islam pada pengrajin batik desa Trusmi ini mereka sama sekali tidak memandang unsur ras, agama, suku untuk mereka rekrut bekerja di perusahaan Industri tersebut, asalkan orang-orang tersebut memiliki kemauan dan tekad yang kuat dalam bekerja.
Uniknya lagi mereka mempekerjakan wanita, bahkan hampir sebagian besar wanita turut berkontribusi menjadi pengrajin batik. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Trusmi mewujudkan prinsip keadilan dan kesetaraan, karena mereka sangat inklusif terhadap wanita yang ingin bekerja, hak dan kewajiban wanita bisa terpenuhi dengan baik tanpa sedikit pun dirugikan.
Sebagai makhluk yang dibekali oleh Allah berupa akal, manusia memiliki banyak cara kebaikan untuk memanifestasikan masyarakat yang mandiri. Contohnya dalam fenomena ini, masyarakat di desa Trusmi yang kreatif dan inovatif memanfaatkan kebudayaan lokalnya yakni batik sebagai ladang kesuksesan.
Prinsip di dalam Al-Qur'an yang mereka bangun yakni Keadilan dan Kesetaraan, serta Khoiru Ummah membuahkan hasil yang luar biasa. Mereka mampu mewujudkan impian warga di desa Trusmi dengan merubah dari desa kecil biasa menjadi desa wisata Batik taraf Internasional. Oleh karena itu, dalam praktik pengembangan masyarakat Islam tidak boleh melewatkan sedikit pun prinsip-prinsip yang ada di dalam Al-Qur'an maupun Hadits.
Karena Al-Qur'an dan Hadits dapat dijadikan sebagai dogma untuk mengintervensi (merubah) masyarakat menjadi masyarakat yang sejahtera, unggul, dan Khoiru Ummah.
Bahan bacaan: R. Kurniawan, W.Sutapa. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H