Fear of Missing Out atau yang biasa dikenal dengan sikap FoMO adalah sikap seseorang yang memiliki ketakutan ketika trend yang sedang ramai diperbincangkan tidak diketahui dan tidak dilakukan oleh seseorang yang memiliki sikap FoMO, ringkasnya seseorang yang memiliki sikap FoMO selalu ingin update dengan trend-trend yang terjadi di media sosial dan tak ingin ketinggalan.
FoMO yang marak terjadi di kalangan khalayak membuat Gen Z selalu ingin untuk mengikuti apa yang sedang ramai diperbincangkan, Dr. Kristiana Siste, SP.Kj (K) menyampaikan bahwa kenaikan dan peningkatan dala kecanduan internet pada remaja meningkat 19,3% dari 2.933 remaja dalam 33 provinsi yang dilakukan riset, akibat peningkatan internet yang tinggi membuat sikap FoMO semakin marak akhirnya semakin banyak trend, barang ataupun berita yang harus diketahui ataupun dibeli oleh khalayak terutama Gen Z.
Dengan adanya sikap FoMO membuat peningkatan konsumerisme dalam khalayak, kenapa? Khalayak dapat melakukan apapun demi mengikuti trend yang sedang berlangsung dikalangan khalayak. Khalayak bisa saja menggelontorkan uangnya hanya untuk mengikuti trend yang sedang terjadi di media sosial dan akhirnya meningkatkan skala konsumerisme yang terjadi dimasyarakat.
Dalam data menyebutkan "Perilaku Keuangan Generasi Z dan Y" yang dirilis Katadata Insight Center (KIC) pada 2022, sebanyak 17,5 persen gen Z yang disurvei mengaku membeli barang yang diinginkan, meski kurang dibutuhkan (Yogarta Awawa Prabaning Arka 2023). Berdasarkan hasil analisis tentang seberapa takut remaja dan masyarkat dalam ketinggalan informasi, 61% termasuk dalam kategori tersebut (Aurelya 2021).
Hal ini menarik untuk dibahas karena sikap FoMO yang dilakukan seseorang ternyata memiliki impact buruk terhadap tingkat konsumerisme khalayak, pasalnya seseorang yang memiliki sikap FoMO memiliki ketidakpastian dalam kontrol dirinya dalam mengikuti informasi dan trend yang terjadi di media sosial.
Sikap FoMO yang terjadi akhirnya meningkatkan tingkat konsumerisme pada khalayak artinya muncul pula masalah yang terjadi ketika sikap FoMO tidak bisa dilepas dari kepribadian khalayak adalah khalayak akan mencoba untuk terus update terhadap perkembangan trend yang sedang berlangsung yang pada akhirnya menyulitkan khalayak itu sendiri dalam menjalani kesehariannya karena terpaku untuk mengikuti trend yang ada di media sosial ataupun platform lain.
Munculnya sikap impulsive yang membuat khalayak membeli barang bukan atas dasar yang diperlukan melainkan atas dasar identitas. Contohnya, seseorang membeli barang branded yang sedang popular di media sosial atau khalayak yang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pribadi itu sendiri namun atas dasar identitas orang itu tetap membeli barang branded tersebut agar mendapatkan identitas yang pribadi itu sendiri inginkan.
Selanjutnya, dengan adanya sikap FoMO khalayak akan kesulitan dalam me-manajemen keuangannya karena mereka akan melakukan hal apapun untuk mendapatkan dan mengikuti trend tersebut, dikarenakan mereka dapat menggelontorkan hartanya demi mengikuti apa yang sedang terjadi berakibat fatal dalam manajemen keuangan pribadi itu sendiri sehingga orientasi keuangan yang seharusnya digunakan untuk keperluan primer, pribadi tersebut malah menggunakan uangnya untuk membeli barang yang sekunder bahkan tersier. Khalayak yang memiliki sikap FoMO dapat mengubah apa yang mereka butuhkan (what they needed) menjadi apa yang mereka harapkan (what they desired).
Akhirnya terjadi perubahan yang jelas dan signifikan terhadap kebutuhan dan pemuasan yang menjadikan khalayak merasa apa yang mereka harapkan adalah apa yang mereka butuhkan (Haryanto Soedjatmiko 2007).
Terakhir, khalayak tidak melakukan kegiatan ataupun pekerjaan yang tidak sesuai dengan kesukaan pribadi itu sendiri, namun berdasarkan apa yang sedang terjadi di khalayak ataupun media sosial Masalah-masalah ini rumit dipecahkan karena FoMO adalah salah satu sikap yang hampir semua orang rasakan, rasanya berat sekali memang untuk meninggalkan habit yang digemari banyak khalayak namun sesulit apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya, yakan?
Nah teman-teman, sesuai yang sudah dikatakan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Permasalahan yang terjadi akibat sikap FoMO dapat dihilangkan dengan berbagai cara yang membuat sikap FoMO dapat diatasi dan akhirnya tingkat konsumerisme berkurang. Journaling, aktifitas journaling dapat membuat seseorang mengurangi sikap FoMO yang mengharuskan seseorang untuk selalu update di media sosial, yang biasanya khalayak menuangkan curahan hatinya melalui media sosial seperti mencurahkan isi hatinya melalui tweets di aplikasi X atau bahkan melaluisnapgram kali ini kalian dapat menuangkan curahan hati kalian melalui journaling. Fokus mengembangkan hobby, hal ini dapat membuat khalayak terlepas dengan sikap FoMO, dengan adanya hobby yang difokuskan atau diasah kita dapat mendistraksi diri kita dalam mengakses media sosial sehingga dalam penggunaan media sosial dapat direduksi, sikap FoMO juga berkurang akibat distraksi tersebut dan memberikan hasil yaitu pengurangan tingkat konsumerisme akibat sikap FoMO.