Amerika dan Tiongkok merupakan salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia. Melalui kemajuan teknologi, kedua negara dapat bersaing dengan ketat dan tidak mau saling mengalah.
Persaingan ini diawali dari perang dingin yang merupakan konfrontasi ideologi. Namun seiring berakhirnya perang dingin, persaingan kekuasaan global dan ekonomi terlihat lebih memungkinkan daripada memaksakan kekuatan militer maupun ideologi. Selain itu, untuk menjaga stabilitas sistem perdagangan dan ekonomi dunia, diperlukan kerja sama yang berupa ekspor dan impor maupun investasi. Sehingga
Amerika memberikan tarif impor tinggi kepada Tiongkok. Kebijakan tarif dan non tarif merupakan hambatan saat melakukan ekspor maupun impor. Perlu diketahui penetapan tarif setiap negara memiliki harga yang berbeda tergantung dari keadaan suatu negara.
Amerika memberikan tarif impor tinggi dikarenakan klaim Amerika atas tindakan kecurangan Tiongkok dalam praktek perdagangan. Sehingga Amerika yang sebelumnya menganut sistem perdagangan liberal saat ini lebih condong ke proteksionisme. Amerika yang proteksionisme jelas ingin melindungi keuntungan negara. Namun tindakan ini menimbulkan konflik dan protes dari berbagai negara yang berdagang dengan Amerika seperti Korea Selatan.
Perang dagang antara AS dan Tiongkok semakin memanas. Tarif impor AS terhadap Tiongkok telah mencapai jumlah total sebesar USD 250 milliar. Pemerintah AS mengambil tindakan tegas ini sebagai tanggapan atas praktik perdagangan Tiongkok yang dianggap tidak adil.
Sebagai tanggapan, pemerintah Tiongkok memberlakukan tarif impor baru untuk sejumlah barang Amerika. Laporan menunjukkan bahwa Tiongkok memberlakukan tarif impor sebesar 15-25% untuk 128 jenis barang Amerika. Jika persentase tarif dihitugn, nilai tarif impor Tiongkok terhadap barang Amerika diperkirakan mencapai kurang lebih 110 milliar dolar.
Tarif yang diterapkan Kedua negara sangat tinggi dan diharapkan akan sangat merugikan bisnis di Kedua negara tersebut. Dalam situasi ini, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan semakin meningkat. Untuk mencegah perang dagang yang dapat menganggu perdagangan global, diperlukan diplomasi yang intens. Semua pihak harus segera mencapai penyelesaian yang adil dan menguntungkan.
Kerjasama perdagangan dan investasi antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah meningkatkan saluran komunikasi dan meningkatkan kepercayaan di Tingkat bisnis. Ini dapat membantu diplomasi antara dua pihak untuk menyelesaikan sejumlah masalah secara damai. Kerjasama ekonomi juga dapat membantu mencapai kesepakatan politik tentang masalah bilateral dan global.
Namun demikian, peningkatan ketergantungan ekonomi juga dapat membuat hubungan politik lebih kompleks. Misalnya, masalah perdagangan seperti regulasi yang mengikat, transfer teknologi, dan subsidi ekspor. Kepentingan nasional masing-masing negara sering menyebabkan ketegangan. Selain itu, konflik di bidang strategis seperti teknologi dan enegeri dapat mengakibatkan masalah keamanan nasional. Kepercayaan politik antarnegara dapat hancur jika tidak dikelola dengan bijak.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mempengaruhi banyak negara, termasuk negara lain. Rantai pasokan dan permintaan dari dua ekonomi raksasa dunia ini sangat penting bagi banyak negara.
Jepang merupakan salah satu korban dari kejadian ini. Naiknya tarif Amerika, yang merupakan mitra penting Tiongkok, berisiko mengganggu aliran perdagangan dan meningkatkan biaya bagi bisnis Jepang. Karena dekatnya dengan Tiongkok dan ketergantungannya pada ekspor, Taiwan juga rentan. Jika perang dagang menyebabkan permintaan produk semikonduktor Tiongkok menurun, Korea Selatan juga mungkin akan terkena dampak.