Lihat ke Halaman Asli

Menjadi "Silent Reader" yang Bijak

Diperbarui: 9 Agustus 2016   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

annssnapeditscrap.blogspot.com

Ketika saya bertanya ke rekan saya mengenai "silent reader", kebanyakan mereka hanya menjawab "ah gaseru, masa lo cuman bisa nyimak aja", "tandanya lo ga menghargai orang berpendapat", "untungnya apa gue memberi komentar". hal ini sering terjadi di berbagai macam grup social media, saat notifikasi berdering kencang membuat sebuah hasrat untuk membacanya, kemudian setelah itu ya, hilang ditelan bumi hingga mengakibatkan sebuah keretakkan dalam komunitas/grup tertentu, muncullah konflik baru yang berujung saling sindir sana-sini hanya karena si "silent reader" ini.

Membuat keputusan menjadi SR adalah pilihan setiap orang, Penulis tidak menyalahkan orang yang hobi dan senang menjadi si SR ini. Namun,s alangkah baiknya bila kita memberikan sebuah respon supaya orang tersebut merasa dihargai. Bisa pembaca bayangkan, ketika penulis mengirimkan sebuah usulan terhadap suatu acara ke sebuah grup media sosial yang beranggotakan puluhan orang namun tak satupun orang memberikan respon dan menanyakan bagaimana terkait usulan penulis, mereka hanya sekedar "nge-read" . 

Pada saat itu saya mencoba berfikir positif, iya mereka sepertinya sibuk, mungkin baru malam atau esoknya dibalas, Setelah menunggu keesokan harinya, yang terjadi adalah, keadaan tak berubah sedikitpun." istilahnya no response". Ada rasa kesal di dalam diri, tapi mau bagaimana lagi. itu kan hak mereka. mau kesal-pun rasanya cuman nambah penyakit. Akibatnya apa ?,  timbul konflik di media sosial, ungkapan kekesalan disampaikan, emosi meluap, bahkan ada yang sampai meninggalkan grup "HANYA" karena ulah si SR. Inilah yang menjadi perhatian khusus buat penulis juga kita semua untuk belajar menghargai apa yang orang lain sampaikan, Percayalah membalas sebuah untaian kalimat tidak memerlukan waktu berjam-jam kok. kalian menulis status saja bisa, giliran di grup hanya sekedar menjadi si SR ini.   

Pada umumnya mereka yang suka menjadi SR ini beralasan karena malu, merasa kurang percaya diri bila harus berkontribusi di sebuah grup media sosial, sedangkan di kehidupan lainnya mereka begitu aktif, status yang dibuat per sekian menit hingga terpampang di beranda.

Kok terkesan sebagai bentuk pemaksaan ya ?, loh. ini bukan pemaksaan, melainkan sebagai pembelajaran untuk "menempatkan sesuatu pada tempatnya", ada orang bertanya janganlah kalian abaikan, coba sampaikan aspirasi kalian daripada hanya sekedar menjadi penikmat. Tujuannya adalah membuat suatu komunitas atau grup menjadi "Hidup". dan bagi yang masih ingin menjadi si SR, jadilah SR yang bijak, bijak dalam arti mampu menggunakannya di waktu yang benar-benar pas tanpa menyinggung perasaan orang lain.  

Salam

Author

8 Agustus 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline