Lihat ke Halaman Asli

Ayah

Diperbarui: 29 November 2017   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sore itu, ada gumpalan awan hitam berarak
Saling kejar menuju suatu peraduan
Atap langit terlihat menjadi kelam
Ku merasa alam pun menjadi suram

Perlahan jatuh rintik hujan berjarum
Tetesannya mengetuk ngetuk daun jendela
Kutatap lekat diujung rintiknya hujan ini
Hempasan tetesannya melambungkan anganku

Ayah...kurindu dikau
Rindu peluk dan canda tawamu lagi
Cerita hangatmu selalu terngiang
Dikau yang telah renta terasa selalu muda

Tak terasa hujanpun mulai menderu
Membasahi tiap diujung dedaunan diluar sana
Ayah...ingin rasanya aku berlari
Menuju hujan tanpa alas kaki

Ayah...ku ingin kita bercanda dalam hujan
Saling mengejar dan saling tertawa
Ku ingin hujan ini sebagai peneman
Dalam hangat pelukanmu dalam derunya.

Ayah... Ingin ku memelukmu sebentar lagi
Dalam rintik hujan yang dingin
Kubutuh hangatnya kasih sayangmu
Temani aku walau hanya bayang
Temani aku walau hanya sementara
Ku rindu kau Ayah...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline