Lihat ke Halaman Asli

Gema dari Masa Silam ( Masyumi )

Diperbarui: 28 Juni 2024   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sudut sebuah desa kecil di pedalaman Jawa, berdiri sebuah rumah tua yang penuh dengan cerita. Rumah itu milik seorang lelaki tua bernama Haji Marzuki, seorang mantan aktivis partai Masyumi yang kini hidup tenang bersama kenangan masa lalunya.

Pada suatu sore yang cerah, seorang pemuda bernama Arif datang mengunjungi Haji Marzuki. Arif adalah mahasiswa jurusan sejarah yang tertarik menggali lebih dalam tentang pergerakan politik di masa lalu, terutama tentang Masyumi, partai yang pernah menjadi kekuatan besar dalam sejarah Indonesia.

"Assalamualaikum, Haji," sapa Arif dengan sopan.

"Waalaikumsalam, nak Arif. Mari masuk," jawab Haji Marzuki sambil tersenyum ramah.

Di dalam rumah, Arif duduk di hadapan Haji Marzuki, siap mendengarkan cerita yang sudah lama ia nantikan. Haji Marzuki mengambil nafas dalam-dalam sebelum mulai bercerita.

"Zaman dulu, tahun 1945, ketika Indonesia baru merdeka, kami penuh semangat untuk membangun bangsa ini," Haji Marzuki memulai ceritanya. "Masyumi didirikan sebagai wadah bagi umat Islam untuk berjuang di dunia politik. Kami ingin membawa nilai-nilai Islam ke dalam pemerintahan, tanpa mengabaikan keberagaman dan kebhinekaan bangsa."

Arif mendengarkan dengan penuh perhatian, mencatat setiap detail yang Haji Marzuki ceritakan. Dari kisah perjuangan politik hingga berbagai konflik internal dan eksternal yang dihadapi Masyumi, semuanya terpapar dengan jelas.

"Namun, perjalanan kami tidak selalu mulus," lanjut Haji Marzuki. "Pada tahun 1960, Masyumi dibubarkan oleh pemerintah karena dianggap terlibat dalam pemberontakan PRRI. Banyak anggota kami yang ditangkap, termasuk saya."

Mata Haji Marzuki menerawang jauh, mengingat masa-masa sulit itu. "Tetapi, meskipun kami dihantam keras, semangat perjuangan itu tetap hidup. Kami percaya bahwa nilai-nilai kebaikan tidak akan pernah pudar."

Arif terpesona oleh kisah tersebut. Baginya, cerita Haji Marzuki bukan hanya tentang sejarah sebuah partai, tetapi juga tentang keteguhan hati dan perjuangan untuk keadilan dan kebenaran.

"Sekarang, aku hanya berharap generasi muda seperti kamu bisa belajar dari masa lalu," kata Haji Marzuki dengan suara yang penuh harapan. "Bangunlah negeri ini dengan semangat yang sama, tetapi dengan cara yang lebih bijaksana dan penuh kasih."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline