Pada perang yang berkecamuk antara Rusia dengan Ukraina membawa banyak pengaruh dalam kehidupan manusia. Perang yang telah terjadi dari tahun 2022 ini menyimpan begitu banyak intrik yang muncul salah satunya adalah permasalahan mengenai lingkungan yang juga menjadi dampak serius pada perang ini.
Permasalahan yang terjadi pada perang ini yaitu mengenai bocornya pipa gas metana yang sempat menjadi perhatian dunia di tengah konflik yang berkecamuk antar dua negara ini. Beberapa satelit merekam ketika ratusan ton metana menggelegak dari pipa Nord Stream 1 dan 2 yang bocor yang mengakibatkan laut antara Denmark, Polandia dan Jerman seolah menjadi jacuzzi raksasa.
Banyak spekulasi mengenai apa penyebab terjadinya fenomena ini, pihak Rusia mencurigai dalang dari peristiwa ini. Sebuah investigasi dari media-media Jerman pada Maret 2023 yang menyebutkan pelakunya mengarah ke Ukraina yang dimana dituliskan bahwa terdapat lima laki-laki dan seorang perempuan yang berlayar kapal Andromeda yang berjalan dari Warnemuende tiga pekan sebelum ledakan terjadi dan jejak bahan peledak ditemukan di kapal tersebut yang semakin meyakinkan bahwa pihak ukraina yang menjadi dalang dalam peristiwa ini, namun ada juga tuduhan bahwa Amerika Serikat sebagai pelaku pembocoran gas metana tersebut.
Permasalahan ini semakin ramai diperbincangkan karena kebocoran gas ini terjadi di tengah-tengah gencatan senjata yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Adanya bukti mengenai pelaku menambah suasana semakin memanas.
Namun, bukan hanya permasalahan mengenai pelaku nya saja yang muncul akibat kebocoran ini, tetapi juga dampak yang akan timbul dari kejadian ini akan mempengaruhi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Fenomena ini merupakan sebuah permasalahan lingkungan yang perlu penanganan tanggap.
Dari kondisi ini tentunya mengkhawatirkan karena dengan terjadinya fenomena ini dapat berpotensi terjadinya pencemaran lingkungan karena gas metana yang bocor. Beruntung dari hasil kalkulasi satelit, jumlah gas metana yang bocor relatif lebih kecil dibanding dengan jumlah gas metana yang menjadi sumber utama pencemaran lingkungan seperti perubahan iklim.
GHGSat selaku perusahaan yang memperkirakan jumlah gas rumah kaca, menyatakan bahwa terdapat sebanyak 174.000 pon atau 97.000 Kg gas metana keluar setiap jamnya dari satu pipa Nord Stream 2. Emisi tersebut dinilai setara dengan lebih dari 2 juta pon atau sekitar 0,9 juta Kg batubara yang dibakar dalam satu jamnya.
Walaupun menurut satelit sentinel-5P Eropa menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kebocoran emisi gas tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan emisi tahunan industri minyak dan gas global yang dimana emisi gasnya setara dengan 80 juta metrik ton, kebocoran gas metana di Rusia dianggap hanya seperti setetes air di lautan, namun fenomena ini tetap menjadi sebuah peristiwa yang tetap merusak lingkungan karena buangan gas metana. Bahkan menurut Badan Energi Denmark, kebocoran baru saja dapat berhenti pada minggu 2 Oktober 2022 yang menandakan bahwa fenomena ini merupakan perlu waktu yang lama sampai masalah ini selesai.
Menurut badan Perlindungan Lingkungan AS, gas metana hanya bertanggung jawab untuk 20% emisi gas rumah kaca secara global. Namun, gas metana juga 25 kali lebih banyak menyebabkan pemanasan dibandingkan dengan karbon dioksida yang membuktikan walaupun gas metana tidak terlalu berperan dalam menjadi penyuplai gas rumah kaca di dunia, namun gas ini juga ternyata lebih berbahaya dibanding karbon dioksida yang dapat diartikan bahwa metana juga merupakan gas berbahaya bagi lingkungan.
Fenomena ini tentunya menimbulkan dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan terutama dalam hal ini bagi alam sekitar karena gas metana merupakan salah satu gas yang berbahaya bagi lingkungan. Dengan kebocoran ini gas metana dapat mencemari flora dan fauna yang ada disekitar pipa karena gas metana yang keluar dari air laut ke udara di sekitarnya membuat kualitas udara menjadi menurun serta membahayakan kesehatan manusia.
Dalam menanggapi fenomena ini, kita dapat melihat dengan perspektif Teori Hijau atau Green Theory yang pada dasarnya teori ini berfokus kepada kestabilan lingkungan dan muncul karena menganggapi perkembangan teknologi juga berdampak kepada kelangsungan lingkungan hidup jika tidak mempertimbangkan efek yang akan ditimbulkan seperti limbah ataupun adanya insiden yang berdampak pada lingkungan. Green Theory ini ada untuk mengkritik sistem kapitalis serta proyek-proyek besar di dunia berpotensi mengeksploitasi yang memiliki dampak negatif bagi alam serta fenomena terkait lingkungan yang menjadi sumber utama pembahasannya.