Hizbullah adalah sebuah organisasi yang ada di Lebanon. Organisasi ini merupakan Gerakan Syiah yang bersayap politik, agama, dan militer. Hizbullah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah Golongan Allah. Hizbullah terbentuk pada masa perang sipil Lebanon tahun 1975-1990 bertepatan dengan invasi yang dilakukan oleh Israel pada tahun 1982. Hizbullah dinilai tidak hanya sebagai milisi bersenjata saja, tetapi Hizbullah berperan dalam gerakan politik yang memberi layanan sosial. Hizbullah dinilai sejak awal sebagai gerakan yang berguna untuk melawan gerakan invasi yang dilakukan oleh Israel di kawasan wilayah Lebanon. Pendirian Hizbullah sendiri didasarkan oleh tiga aspek utama, yaitu: 1) Kepercayaan dalam Islam, 2) Jihad, dan 3) Yurisdiksi Wali Fakih (Ulama). Hizbullah mmemiliki semangat perjuangan yang sangat kental dengan pemahaman agama islam, terutama dalam semangat jihad. Hizbullah memiliki semangat ideologis Syiah yang kental dengan narasi gerakan kekuatan melawan zionis Israel. Awal mula bagaimana konflik Hizbullah dengan ISsrael ini ada sebab pada tahun 1978 Israel mulai menginvasi Lebanon Selatan. Invasi ini dilakukan oleh Israel sebab ingin menyerang pejuang Palestina yang ada di daerah tersebut. Lambat laun, invasi Israel pada wilayah Lebanon semakin gencar dilakukan pada tahun 1982. Militer Israel pada saat itu menyerang ibu kota Lebanon dan menembakkan belasan rudal dan roket di daerah tersebut. Sebelum kejadian tersebut, Israel telah berhasil membunuh presiden Lebanon yang baru saja terpilih pada masa itu. Merespon serangan tersebut, Lebanon membuat langkah balas dendam yaitu dengan dibentuknya Hizbullah, kelompok Islam Syiah yang bertujuan untuk membalas serangan-serangan dari Israel. Eksistensi Hizbullah menghadirkan kekhawatiran dari sisi Israel. Israel berpikir bagaimana cara agar melemahkan Hizbullah baik secara politik dan militernya. Israel menganggap bahwa pembunuhan Al-Musawi adalah cara paling efektif untuk melemahkan Hizbullah, namun hal ini berbanding terbalik dengan pemikiran Israel. Insiden tersebut membuat Hizbullah mengalami kebangkitan yang signifikan. Serangan demi serangan dari konflik Lebanon-Hizbullah dengan Israel ini karena bentuk pertahanan diri dari sisi Lebanon-Hizbullah pada serangan Israel, serta bentuk kepedulian dari Lebanon-Hizbullah pada penduduk terdampak Palestina dari serangan militer Israel yang ingin mrngambil wilayah dari penduduk Palestina. Konflik ini tidak semerta-merta dilakukan tanpa strategi dan pertahanan yang kurang maksimal.
Konflik Hizbullah dengan Israel dapat dianalisis melalui kacamata Hubungan Internasional. Konflik ini dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada di dalam mata kuliah pengantar ilmu hubungan internasional. Berikut konsepnya:
1. Aktor
Aktor dalam Hubungan Internasional memiliki 3 prinsip, yaitu: 1) Aktor harus punya tujuan dan kepentingan, pada prinsip kesatu disimpulkan bahwa aktor dari konflik ini adalah negara Lebanon, Israel, dan Hizbullah. 2) Aktor harus mampu mencapai tujuan dan kepentingannya, pada konsep kedua ini dapat disimpulkan bahwa Lebanon bersama Hizbullah ingin mencapai perdamaian dan kemakmuran bagi penduduknya dan pengungsi dari Palestina yang mengungsi di sekitar wilayah Lebanon Selatan, sedangkan Israel ingin mencapai kepentingan yaitu memiliki tanah warga Palestina seutuhnya menjadi milik mereka. 3) Aktor memberikan pengaruh ke negara, pada konsep ketiga ini dapat disimpulkan bahwa Lebanon bersama Hizbullah memberikan pengaruh yaitu bagi negara-negara yang memiliki kesamaan dalam memeluk agamaa dapat berjuang pada saudaranya dan memiliki semangat jihan yang besar.
2. Tantangan negara sebagai aktor hubungan internasional
Pada zaman sekarang dimana era globalisasi terjadi, tantangan bisa ada pada aspek ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan. Hal ini menjadi sangat krusial bagi Lebanon dengan Hizbullah, sebab negaranya dalam keadaan melawan konflik dengan Israel, Lebanon harus mengetahui bagaimana mengatur segala aspek tersebut agar warga atau bahkan negara-negara di sekitar Lebanon tetap terjaga kemakmuran dan ketentramannya.
3. Konsep Westphalia
Perjanjian Westphalia sendiri telah meletakkan dasar bagi bentuk dan hakikat dalam susunan masyarakat internasional yang baru tanpa adanya peperangan. Dengan adanya perjanjian Westphalia, seharusnya Lebanon serta Israel dapat melakukan hal yang lebih sederhana daripada melakukan sebuah peperangan yang tidak ada ujungnya.Dampak dari peperangan berkelanjutan ini tidak hanya menewaskan orang-orang yang terlibat perang maupun warga sipil, tetapi juga amunisi dari dua negara yang pasti akan habis terus-menerus. Sebaiknya kedua negara tersebut bisa melakukan negosiasi yang bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak tanpa adanya peperangan. Bagaimana seharusnya Israel kembali pada tempat ia berada tanpa merebut tanah warga Palestina dan warga serta militer Lebanon-Hizbullah dapat fokus pada kemakmuran negaranya sendiri.
4. Balance of power
Arti dari Balance of Power adalah keseimbangan dalam kekuatan. Pada konflik Lebanon-Hizbullah dengan Israel, negara-negara tersebut saling menyerang satu sama lain. Awal dari konflik ini adalah karena intervensi dari Israel di kawasan Lebanon, lalu serangan Israel pada presiden terpilih Lebanon pada masa itu. Hal tersebut tentu menimnulkan keinginan untuk menyerang kembali kepada Israel. Lebanon dengan Hizbullah akhirnya ingin menyeimbangkan kekuatan negaranya dengan Israel dengan meningkatkan kemampuan militer yang mereka miliki. Salah satu caranya adalah dengan membentuk organisasi Syiah yaitu Hizbullah yang tidak hanya berkecimpung pada politik di Lebanon, tetapi berguna bagi keamanan dan kedaulatan militer di Lebanon. Hal ini adalah suatu tindakan yang bagus bagi Lebanon, dengan adanya organisasi Hizbullah, Israel merasa khawatir akan eksistensinya.
5. Security Dilemma