Lihat ke Halaman Asli

Fardhie Hantary

Neo Sufism

Renungan untuk Pendakwah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aku berlindung padaMu yaa Allah (Al Musta’adz) dari perkataan dustaku, Mohon ampun padaMu dari keterbatasan Lisanku.

Akhir-akhir ini banyak orang berDakwah, Menggelar pengajian dan Menyampaikan Kebenaran” alangkah senangnya bumi dan alam semesta, jika saja itu benar” Tapi coba Lihat kondisi dan kenyataan saat ini” Lihat fenomena alam saat ini” Lihat kondisi manusia saat ini” Lihat pekembangan moral manusia saat ini” dan Lihat pergerakkan Ajaran manusia saat ini yang mudah berubah dan berganti hanya diakibatkan Keraguan, Kecemasan dan Tak maunya untuk mengakui dengan jujur” Itukah yang menunjukan Kebenaran? Benarkah sudah yang di Dakwahkan”, di Ajarkan” dan di Kaji setiap saat? Mengapa tidak membuktikan dengan banyaknya mereka-mereka yang menyampaikan Kebenaran? menDakwahkan isi dari Kitabnya? Tahukah anda alangkah mudahnya berkata benar hanya dalam Ucapan” dalam Perkataan” bahkan yang mengaku berIman baca (Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 8) Begitu pula saat ini Lips service seakan-akan mereka sedang menyampaikan Kebenaran padahal Niat awal dan Motive berangkat karena bayaran” karena mencari Popularitas dan mencari sesuap nasi (tidak semua namun kebanyakan seperti itu) karena kalaulah memang benar-benar ingin menyampaikan Kebenaran dan menDakwahkan Ajaran pasti hari demi hari tahun demi tahun manusia, atau umat pasti Imannya bertambah, minimal kepekaan rasanya terhadap Kebenaran semakin bertambah, Rindu akan kampung halaman (Akhirat) Kegemaran mencintai Allah yang Ahad, yang Memiliki Kebesaran dan Keluhuran untuk dicintai dari semua bentuk cinta manusia” adakah itu? (ada namun sedikit kebanyakan tak seperti itu) alangkah tak sebandingnya mereka yang Mendakwah dan mereka yang menjadi umat, hampir nyaris sama, apalagi saat ini semua berebut, berlompa menjadi Penyampai dan Pendakwah, namun pernahkah dia sang Pendakwah, Penyampai bertanya pada Qolbunya, apakah sudah pantas untuk berdakwah / menyampaikan? atau pernahkah si Pendakwah (Ustadz, Mubaligh, Mu’alimah) menyelaraskan hidupnya kepada mereka-mereka yang telah diakui Allah Kebenarannya (Nabi, Rosul dan Abdi-abdi Allah) ?” kok begitu mudahnya mereka memperebutkan posisi untuk menjadi Pendakwah? Mengapa mereka tidak mudah untuk memperebutkan posisi menjadi Penyima' / Pendengar? Dimakah rasa malu sebagai manusia yang konon katanya memang memiliki Kebenaran dan mempunyai Iman? Mengapa tidak merasa berdosa atau minimal merasa betanggung jawab atas nasib umat yang mau belajar untuk benar” cobalah lihat kebawah nasib umat atau mereka-mereka yang kita Ajarkan, yang kita bimbing hingga menjadi Abdi-abdi Allah yang memiliki kekuatan dan ketahanan terhadap setiap bentuk ujian dan perjuangan menuju ke hadapan Allah?”….. Namun kenyataan” Betapa rapuhnya moral dan kekuatan Iman umat manusia saat ini yang di Ajarkan” yang mendengar Dakwah dan Pengajian dari mereka yang mengaku mampu berDakwah dan menyampaikan Kebenaran” Cobalah sadari minimal Renungkan” Bukan berarti berebut menjadi Pendakwah (Ustadz) bisa mendatangkan Kebenaran apalagi sampai bisa merubah nasib umat hanya dengan mengandalkan Ucapan, Perkataan bukan berarti semua manusia benar, tidak sulit untuk berkata benar, namun tanggung jawab dan konsisten terhadap kebenaranlah yang diperlukan. Suara orang banyak bukan berarti kebenaran, sebab kebenaran bukan ditentukan oleh kebanyakan orang, melainkan Hidayah yang didapat bila kita Mentilawah, Menqiroah isi yang tersirat dan tersurat dalam Al Qur'an dan Uswah dari setiap perjalan para Abdi-abdi Allah dan Rosul-Nya dalam menata diri dan menata dunia ini. Dari situlah bisa membuat datangnya kebenaran pada diri seseorang. Suara orang banyak bukan jaminan anda menuju Jannah, Perkataan dunia bahkan bisa menyesatkan anda dari jalan yang benar.(Al Qur'an surat AL AN'AAM ayat 116) Apalagi bila menyampaikan kebenaran berdasarkan Trend Mode duniawiah". Pikirkan itu bila anda mengaku Mubaligh, Mu'alimah, Da'i, (kata Ustadz tidak dipakai dalam Al Quran melainkan perkataan budaya Arab untuk istilah Guru)” Semoga tulisan ini bisa membuat kita sadar dan merenungkan apa yang kita ajarkan dan kita perbuat selama hidup di alam yang fana ini. اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُور.

Author by Fardhie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline