Lihat ke Halaman Asli

Fardhie Hantary

Neo Sufism

Menyimak dan Bersikap

Diperbarui: 3 November 2015   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak orang bisa menulis, namun apakah dia bisa melihat dan mengamati tulisannya sendiri. Semua orang mungkin membaca, kemampuan untuk mendengar dan menyimak apa yang sedang dia baca, hanya sedikit. Inilah yang sulit untuk di fahamkan, terlalu besar pengorbanan sehingga sedikit dari kebanyakan, yang mau perduli setidaknya termenung sesaat dan bertanya pada diri, Apa Guna?, Untuk Apa dan Siapa?, sebelum seseorang melanjutkan kemauan/keinginannya, menulis dan membaca. Ilmu hanya bisa didapat dari kemauan untuk belajar memberi waktu pada diri kita sendiri. Ilmu yang mumpuni dan berguna, ketika yang kita ketahui bisa diamalkan/diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang baik tentu sudah teruji dan terbukti, mampu memberikan manfaat dan meminimalkan kemudharatan.

Yang mana satu dari sekian banyak keinginan/kemauan yang akan dijadikan capaian. Yang mana akan dijadikan kesimpulan dari sekian banyak pendapat. Mengingat era atau zaman yang semakin berkembang dan bebas berpendapat, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap kita membekali dan memperkuat diri, bukan hanya dari luarnya saja, tetapi bagian dalam diri ini juga perlu untuk dipagari dan diberi batasan selayaknya wilyah/rumah, bayangkan jika tanpa batasan akhir dari sebuah kebebasan, hanya kematianlah yang jadi penentunya. Padahal tidak seperti itu, bukan begitu maksud dari hidup dan kehidupan manusia dibumi. Kehidupan yang saat ini sebenarnya lebih maju dibandingkan dahulu, sudah lebih bebas dibandingkan zaman sebelum kemerdekaan. Sudah tak lagi dijajah oleh pihak luar(berangkali) namun tak menutup kemungkinan terjajah oleh pihak dalam(bisa jadi).

Pada dasarnya setiap komponen dalam diri manusia ini sebenarnya sudah ditentukan, dan sudah memiliki batasan masing-masing(jangan diabaikan). Jika semuanya sudah diatur dan ditentukan maka, saat ini manusia mengatur dan menentukan hidupnya menurut kemauan/kehendak apa dan siapa?. Kalau saja seorang anak yang masih berumur 1 tahun setengah harus diberikan kebebasan, maka sudah bisa dibayangkan apa jadinya. Jika kita berikan kepadanya sesuatu yang tak berguna, atau belum saatnya, ibarat benda tajam atau benda yang bisa mencederai si anak, haruskah kita paksa memberikannya?, maka tunggulah saatnya, sebab benda tersebut bukan tidak bermanfaat atau tidak berguna bagi si anak. Segala sesuatunya sudah ada batasan, sudah ada ketentuan dan ada masa/saatnya. Tidak bisa untuk dipaksakan oleh apa dan siapapun, mau diusahakan bagaimanapun, mau disajeni dengan apapun agar si anak mampu untuk menggunakan benda tersebut menjadi bermanfaat, maka percuma saja, tidak akan bisa.

Coba kita telaah saat ini, kondisi umat/manusia khususnya di Indonesia, sudahkah pantas untuk diberikan kebebasan?. Bernarkah sudah mampu menerima segala resikonya?, Siapkah kita dengan kasus demi kasus, persoalan demi persoalan yang terjadi, atau melanda bangsa dan manusianya saat ini?. Sudah bisa dipastikan, Persoalan atau Kasus, itu semua akan terus terjadi dan melanda negri/bumi ini. Apalagi jika hanya menyelesaikannya orang-orang yang tak berilmu dan tak mumpuni dalam ilmunya. Menilai dan menyoroti Persoalan atau Kasus hanya dari eksesnya saja, maka tak akan menyelesaikan, percuma dan tak akan bisa. Karena ekses bukanlah pemicu sebuah persoalan, Ekses hanyalah hasil dari sebab atau penyebab terjadinya semua itu. Maka sebablah yang perlu disoroti, diperhatikan dan diselesaikan. Apa sebab orang berbohong, inilah yang ditelusuri atau diselesaikan, bukan kebohongannya yang dipermasalahkan, diperdebatkan. Melainkah sebab dia berbohong.

Contoh sianak tersebut diatas. Setiap kasus yang terjadi diseluruh bangsa hanyalah merupakan ekses dari sebuah penyebab yang tak terjawab, sebuah keinginan/kemauan yang tak tuntas, tak mau duduk sama membicarakan dan mempelajarinya.

Penulis bukanlah yang mengetahui setiap persoalan, Yang Maha Tahulah(Al 'Aliim) yang paling mengetahui.

Salam buat kita yang senantiasa sadar dan mau belajar, Lanjutkanlah permainan untuk yang masih berputar-putar mencari ekses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline