Lihat ke Halaman Asli

Fardhie Hantary

Neo Sufism

Makna Ismun Ibrahim

Diperbarui: 19 Oktober 2015   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menelusuri makna yang terkandung dalam ismun/nama atau predikat dari seorang Nabi dan Rosul Allah: Ibrahim/Abraham gelarannya adalah bapak para Nabi/Rosul, bapak semua agama, sahabat Allah(Kholilullah/). Darinyalah banyak melahirkan keturunan manusia-manusia terpilih yang qualify cikal bakal munculnya Nabi atau Rosul, asal mula lahirnya ajaran, ujaran dan aliran bahkan agama. Ibrahim/Abraham sangat-sangat menjadi patokan dan rujukan para Nabi Allah dalam mengajarkan,menyampaikan dan membina akhlak manusia hingga menjadi sifat yang hasanah/baik, yang etis dan estetis menurut dan sesuai ketentuan, kemauan Tuhan Sang Pencipta(kholiq). Seluruh manusia mengenalnya, semua agama menghormatinya, tak pernah dunia mencatat/menulisnya tanpa rasa penghormatan dan pujian. Selayaknya dengan semua gelaran dan penghormatan itu kita bisa memetik dan kembali menapak tilasi perjalanannya dalam membawa ajaran,ujaran hingga menjadi sebuah system dan keyakinan.

QS Al Baqarah ayat 130 "waman yarghabu 'an millati ibraahiima illaa man safiha nafsahu walaqadi isthafaynaahu fii alddunyaa wa-innahu fii al-aakhirati lamina alshshaalihiina". Dan tdk ada yg benci kpd agama Ibrahim, melainkan org yg membodohi dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya  di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk or yang saleh. Selayak itulah harusnya seluruh manusia memahami Ibrahim/Abraham, setidaknya untuk tak menafikan, mendustai dan mengenyampingkan risalah lewat dakwah yang telah ia ajarkan. QS Ibrahim ayat 35 "inna awlaa alnnaasi bi-ibraahiima lalladziina ittaba'uuhu wahaadzaa alnnabiyyu waalladziina aamanuu waallaahu waliyyu almu/miniina". "Sesungguhnya org yg paling dekat dengan Ibrahim adalah org-org yg mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta org-org yg beriman,  dan Allah adalah Pelindung semua org-org yg beriman".

Namun lagi-lagi keterbatasan pola pikir, olah rasa dan daya nalar seseoranglah yang menjadikan namanya, gelarnya dan ajarannya menjadi terpecah dan berbeda-beda. Padahal secara implisit maupun eksplisit namanya sudah menjawab, dan memberi makna atau arti tersendiri yang memang Tuhan Sang Maha dari segala yang memiliki maha, telah menentukan dan menetapkan namanya sebagai tolak ukur untuk mencari dan memahami siapa dan bagaimana Ibrahim atau Abraham. Dialektikalnya saja yang berbeda namun bukanlah makna dan maksud dari namanya boleh disalah artikan atau dirubah sedemikian rupa hingga menjadi samar, kabur dan hilang dari makna aslinya.

Ibrahim/Abraham sebenarnya diambil dari dua kata yang berbeda makna, ib/ab(أب) yang artinya bapak/ayah, rahim (راهيم) yang diambil dari ismun atau predikat Allah Ar-Rahim(Pengasih/Pemurah). Bila digabungkan akan memiliki artian bapak/ayah yang penuh asih/penyayang. Nama Ibrahim bila ditinjau dari bentukan katanya adalah kata majemuk yang sudah menjadi satu dalam dirinya, dalam kepribadian sang pemilik nama tersebut. Nama ini adalah gelar dari hasil sikap hidup sang pemilik nama tersebut dalam menjalani dan mengabdi/ibadah kepada Tuhannya demi memenuhi syrat/kewajiban sebelum menerima/menuntut hak sebagai seorang makhluk ciptaan untuk itu perlu ada try and trial. Ketika dia lulus dalam ujian tersebut maka terciptalah namanya/predikat untuk dikenakan kepada diri seorang manusia yang telah berhasil meraih, mengambil perhatian dan merebut penilaian Sang Maha Aku, Sang pencipta alam semesta(الله), Dialah penentu segalanya yang telah menghargai dan memuji makhluk ciptaan-Nya dikarenakan kecintaan sang makhluk kepada Sang Kholiq, antara yang Memandang dengan yang Dipandang, antara yang Dicintai dan yang Mencintai. antara Pesuruh dan Majikan, Pemuja dengan Pujaan, antara Hamba dengan Tuannya, 'Abid(abdi) dan Al Ma'bud(tempat mengabdi).

Inilah mengapa Ibrahim/Abraham dijadikan sosok yang harus dikenal dan dicontoh oleh seluruh manusia dan para Nabi/Rosul setelahnya. Namanya bukan sekedar nama, namanya bukan tanpa makna, namanya bersumber dari Tuhannya(QS. 37:103-104), namanya ada dikarenakan sifat dan wataknya yang welas asih(Budha), pengasih(Kristen), santun dan penyayang(Islam). nama yang diberikan kepadanya merupakan penghargaan Tuhan Pemilik langit dan bumi, Tuhan penata alam semesta, Tuhan dari segala dzat ketuhanan(الله) tidak salah memilihnya, tidak pernah ragu untuk memujinya. Khusus memaknai namanya lewat kalimat dan lafazh Ibrahim/Abraham, dari dua akar kata: Abi/Aba/Abu(أب) dan Rahim/Rohima(dialek timur). Raham atau Rahman(dialek barat). Terserah yang mana satu yang mau diambil pemahaman, Rahim dan Rahman=Pengasih dan Penyayang, yang mana munusia suka silahkan saja, sebab yang mana satu tetap saja kedua sifat/nama tersebut diambil dari predikat dan sifat Tuhannya(الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ). Bukan dari kemauan dirinya sendiri, tidak datang dengan sendirinya, tidak berawal dari budaya dimana dia dilahirkan.

Inilah yang saya sebut diawal bahwa nama/ismun Ibrahim/Abraham memiliki makna yang secara implisit dan eksplisit menjawab dan mengejawantahkan semua persoalan yang akan datang kelak, semua perselisihan diantara manusia dan mereka yang menggeluti bidang kitab dan ilmu bahkan sejarah. Itulah mengapa Tuhannya telah memagari dan memberi isyarat yang itupun hanya bisa ditembus atau dijangkau dengan kemurnian, ketulusan dan tanpa rasa benci, yang tak sempat mencari kelemahan dan cacat pada pihak luar atau orang lain selain, kesibukan yang diarahkan pada dirinya sendiri. Inilah kriteria yang bisa memahami makna yang tersirat dan tersurat dalam nama/ismunnya Ibrahim(timur) atau Abraham(barat). Namanya melahirkan banyak pengertian dan analogi yang beragam, bahkan dijadikan icon sosok yang luar biasa atau dewa(Brahma/Brahman). Selayaknya kita dan seluruh manusia mau meneliti dengan hati yang lapang dan tak perlu dengan sikap keras membatu dan rasa cemburu yang berlebihan, sebenarnya nama dan predikat seseorang bisa sangat memberikan penjelasan dan pencerahan atas segala sesuatu yang dipertentangkan, yang dipersoal.

Semua itu bisa terjawab, bisa terselesaikan tanpa harus melanggar universal of nature atau natural law, maka perlu pengamatan secara Empiris dan Rasionalisme, Fisik maupun Metafisik setelah melaui semua proses ini maka diperlukan satu lagi tolak ukur yang sangat menentukan yaitu: Kefitrahan sebagai seorang makhluk atau dalam arti lain ketulusan mencari kebenaran bukan karena pengakuan dunia dan orang, melainkan pengakuan dan pujian dari Tuhan/God(رَبّ), dzat Sang Maha Aku(الله). Keluruhan akal budi dan pekerti, kehalusan akhlak dan sikap dalam menjalani kehidupannya telah membuat nama Ibrahim/Abraham diabadikan, bahkan Ibrahim menjadi ke-shohian/ke-absahan dalam ibadah umat Islam.

للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aliy Muhammad kama sholaita 'ala Ibrahim wa 'ala aliy Ibrahim,innaka hamidum majiid, Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aliy Muhammad kama baarokta 'ala Ibrahim wa 'ala aliy Ibrahim,innaka hamidum majiid.(HR. Bukhari dan Muslim).

Al Quran Surat Ash Shaaffaat/37 ayat 108-109 wataraknaa 'alayhi fii al-aakhiriina, salaamun 'alaa ibraahiima. Kami abadikan untuknya(Ibrahim) dikalangan orang-orang yang akan datang, kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.

Para Nabi/Rosul setelah Ibrahim, mereka semua sengat menjadikannya panutan dalam membina dan membangun akhlak yang baik, yang sesuai aturan dan kodrat sebagai makhluk, tanpa harus melampaui dan merontai ke-dho'ifan sebagai manusia. Ibrahim telah menjadi idola para Nabi/Rosul bahkan menjadi panutan dan sanjungan sang hataman nabiyyin(Muhammad). Nabi Ibrahim beserta kelurga(privasi) telah membangun Millah(ajaran, agama, pertinggal) bagi seluruh manusia terutama Nabi atau Rosul selanjutnya sebagai penunjuk arah dan sebagai pemersatu, system dan aqidah para Nabi/Rosul seterusnya begitu juga seluruh manusia di-ardhun(bumi). Akhirul kalam "Selawat untuk para Nabi/Rosul seiring itu pula Salamku untuk semua abdi-abdi Allah".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline