Lihat ke Halaman Asli

Kitab Kuning dari Perspektif Lain

Diperbarui: 7 Mei 2018   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika belajar fiqh, mushonnif  mempeta-petakan sedemikian rupa bab-perbab, bab pertama adalah bab IBADAH yg meliputi bersesuci, sholat dll, dan selanjutnya bab MU'AMALAH yg meliputi jual beli, akad salam, gadai dll, baru setelah itu bab NIKAH, yg meliputi syarat2nya, rukun nikah, thalaq dll.

Nah, ketika ditarik pada perspektif kehidupan, kita itu harus bisa bersosialisasi dgn TUHAN dulu (dlm hal ini IBADAH) dan selanjutnya harus bisa bersosialisasi dgn manusia ( dlm hal ini MU'AMALAH) dan setelah terpenuhi dua di atas baru baru memahami DIRI-SENDIRI (dlm hal ini NIKAH).

Jika dari sudut pandang lain, dapat di ambil kesimpulan, kita dahulukan hubungan kita dgn TUHAN, lalu hubungan dgn MANUSIA dan baru kemudian untuk DIRI-SENDIRI.

Jadi egois sekali ketika kita, mendahulukan hak DIRI-SENDIRI sedang kepentingan TUHAN dan MANUSIA di nomer dua-kan dan di nomer tiga-kan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline