Lihat ke Halaman Asli

Esensi Malu

Diperbarui: 5 Mei 2018   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Alhaya'u min al-iman, malu itu sebagian dari iman. Ini adalah hadist yg sangat lumrah di masyarakat umum. "Lalu kenapa Rasulullah mengaitkan malu dengan iman, apakah ada kaitannya ?" tanya dalam hati sambil berjalan menyusuri trotoar. Setelah sekian lama bertanya pada diri sendiri, ternyata malu adalah Obat.

Selayaknya obat, malu berfungsi mencegah dan membersihkan sebuah "luka". Namun luka itu adalah luka "batin atau hati", seperti cinta dunia, maksiat dll.

Ada sebuah cerita, yg menurut "perawi"nya ini shohih & sya membaca dibuku. Pada muktamar NU ke-27 di Sukorejo, presiden Suharto ikut hadir pada acara tersebut, saat itu presiden prihatin dgn kondisi ndalem kyai As'ad. Mengingat kyai As'ad adalah kyai yg sudah tingkat nasional, berbanding terbalik dgn rumah beliau, yg sangat amat sederhana.

Lalu, presiden Suharto menawarkan untuk merenovasi rumah kyai As'ad, namun kyai menolak dengan halus. Kyai As'ad menjawab "tidak usah direnovasi pak, saya malu kepada rosulullah". Dan rumah kyai tidak direnovasi. .

Secara filosofis, jika seseorang sudah merasa malu, ia akan berpikir 2 kali untuk melakukan hal tersebut. Jika kamu malu kepada Allah, maka kamu tidak akan melakukan maksiat, karena senantiasa melihat kamu, dan jika kamu malu kepada rosulullah, maka kamu akan menjadi zuhud, tidak cinta dunia dan contoh2 lainnya.

Dan yg dilakukan kyai As'ad, adalah eksperesi malu kepada rosullullah, dengan tidak ingin terlihat lebih kaya dari rosulullah.

Malu itu adalah mahkota tanpa istana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline