Lihat ke Halaman Asli

Fardan Mubtasir

Human, Culture, and Society

Angin: Saksi Kesempurnaan dalam Hidup

Diperbarui: 2 September 2024   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Angin saksi kesempurnaan hidup. Sumber: Pixabay.com

"Lana, anginnya kencang banget nih!" Gita, teman sebangku ku dengan semangat berlari ke arahku sambil mengatakan pikirannya dengan berteriak.

Tuk.

Aku segera mengambil pulpenku yang terjatuh karena terkejut dengan suara teriakan Gita secara tiba-tiba.

"Iya Git, aku tahu tanpa kamu bilang begitu pun. Jadi bisa gak lain kali jangan suka teriak tiba-tiba? Pulpenku jadi jatuh nih karena kaget." Balas ku dengan kesal.

"Hehe, maaf Atlana sayang. Aku terlalu semangat untuk bilang ke kamu, soalnya kamu kan selalu bilang kalau kamu suka sama angin, bahkan kamu selalu hilang fokus kalau ada angin kencang sebelum hujan." Ujar Gita menjelaskan alasan mengapa ia berteriak padaku.

Mendengar ucapannya membuatku tersentak dan bergegas menengok ke arah jendela kelas untuk memastikan cuaca saat ini.

"Mungkin hujan akan turun." Batin ku.

"Tapi ya Lan, kenapa sih kamu suka sekali sama angin dan bukan sama hujannya? karena biasanya orang-orang pasti akan lebih suka hujan." Tanya Gita padaku.

Terdiam sejenak, aku segera tersenyum dan menjawab pertanyaan Gita.

"Tidak ada alasan khusus, aku hanya suka karena angin satu-satunya keberisikan yang aku suka." Jawabku padanya.

"Pasti bohong, memangnya ada alasan semacam itu?" Gita membalas tak percaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline